Memaknai HUT Kemerdekaan RI Ke-75
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Mer-de-ka!
Sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih dikandung badan
Kita tetap setia tetap sedia
Mempertahankan In-do-ne-si-a
Kita tetap setia tetap sedia
Membela negara kita
![]() |
Sumber: Kompas.com |
17 Agustus 2020, kini bangsa Indonesia merayakan kemerdekaan yang ke-75. Usia yang sangat matang bila diibaratkan usia seorang manusia. Usia tersebut menggambarkan usia yang telah kenyang makan asam dan garam kehidupan. Anak manusia pada usia tersebut tentu dalam waktunya mengecap ketenangan hidup dengan menimang cucu menikmati buah dari perjuangan di masa muda.
Namun, bagi bangsa Indonesia, perjuangan mempertahankan dan mengisi kemerdekaan nampaknya masih menemui jalan berliku panjang. Belum habis perjuangan memerdekakan rakyat dari kebodohan dan kemiskinan, bencana justru datang melanda melalui wabah Covid-19 yang mendunia. Tantangan menjadi lebih berat, karena perekonomian negara terancam sehingga jalan untuk menyejahterakan rakyat Indonesia harus menempuh rute dan jalan terjal yang semakin berliku.
Meskipun demikian, selalu ada makna yang indah dari setiap kejadian yang menimpa apabila kita mau mengambil hikmah dari padanya. Mungkin saja dengan bencana ini bangsa Indonesia menjadi lebih kuat dan tahan terhadap segala cobaan yang mungkin akan lebih berat di masa yang akan datang. Sedangkan prasyarat untuk sebuah bangsa yang besar adalah sanggup dan kuat menahan segala macam tantangan yang datang menghadang.
Akan tetapi, ada suatu hal penting yang perlu dipertanyakan kepada kita semua "Sudahkah kita semua menjalankan sumpah setia itu dengan cara yang benar?"
Menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut terasa begitu sukar. Untuk menyatakan ya, rasanya belumlah pantas. Hal itu karena bila sumpah setia itu sudah benar-benar dilaksanakan tentu negara kita sudah benar-benar menjadi negara yang adil dan sejahtera seperti harapan para pendiri bangsa. Sedangkan bila menjawab tidak, rasa-rasanya terlalu naif bila kita tidak menghargai setiap upaya keras orang-orang yang benar-benar mengabdikan dirinya dalam mengisi kemerdekaan.
Oleh karena itu, saya lebih memilih untuk memaknai hal tersebut dari beberapa pra-kondisi yang dapat dilihat dan diamati. Apabila para pemimpin masih belum dapat menjalankan kekuasaan dan kepemimpinannya secara adil bagi seluruh rakyatnya, kiranya itu belum mencerminkaan kemerdekaan ini. Apabila korupsi masa merajalela bahkan koruptor dibela dan ditutupi oleh orang-orang yang punya kuasa untuk memberantasnya, itu sangat jauh dari makna kemerdekaan sesungguhnya. Apabila rakyat belum dapat mendisiplinkan diri sehingga merugikan diri sendiri dan orang lain, pada hakikatnya itu juga belum merdeka.
Kemerdekaan hanya bisa diisi oleh jiwa-jiwa yang merdeka. Jiwa yang merdeka adalah jiwa yang sadar bahwa untuk merebut kemerdekaan tidak dilakukan dengan berleha-leha namun dengan cucuran darah dan air mata, dengan harta maupun nyawa. Jiwa yang merdeka bukanlah mereka yang terkungkung oleh nafsu serakah kekuasaan, dengki hingga mengkhianati bangsa sendiri, atau tergiur menerima bantuan sosial dari uang negara meskipun sadar bahwa dirinya tidak layak menerima. Jiwa merdeka akan mengikuti kata hatinya yang paling suci, tentang apa yang bisa dia perbuat untuk bangsanya, sekecil apapun dan sebesar apapun. Jiwa merdeka bukan untuk mereka yang haus akan kebahagiaan pribadi, keluarga, dan golongannya tanpa mau tahu bahwa disampingnya hidup pribadi, keluarga, dan golongan lainnya. Jiwa merdeka juga bukan mereka yang membabi buta hingga lari dari Tuhan-nya, karena kemerdekaan Indonesia sesungguhnya hanya bisa diraih atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa.
Selamat merayakan hari kemerdekaan RI ke-75. Semoga esok lusa kita benar-benar merdeka seutuhnya!
Asep Cahyana (Kang Achay)
Komentar
Posting Komentar