Selamat Hari Pramuka Ke-59

Implementasi Tri Satya dan Dasa Dharma Pramuka di Masa Pandemi Covid-19

Salam Pramuka!!!

Sumber: Tribunnewswiki.com
14 Agustus 2020, kita merayakan Hari Pramuka yang ke-59. Pramuka sebagai suatu organisasi telah matang ditempa zaman dalam melakukan pembinaan terhadap generasi muda sebagai masa depan pembangunan bangsa Indonesia. Pramuka telah mewarnai setiap tahap perjuangan bangsa Indonesia, semenjang masih menggunakan istilah kepanduan di zaman perjuangan fisik melawan penjajah. 

Dalam kesempatan yang bahagia ini Kang Achay ingin mengucapkan penghargaan dan harapan yang tinggi bagi Gerakan Pramuka sebagai garda terdepan pembinaan karakter generasi muda. Kang Achay merasakan sendiri manfaat yang teramat besar atas keikutsertaan dalam Gerakan Pramuka sejak menjadi anggota Siaga, Penggalang, Penegak, Pandega hingga menjadi Pembina. Pramuka telah membentuk karakter lahir dan bathin para anggota yang tekun dan betul-betul mengikuti tahap demi tahap pembinaan serta mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Peran Gerakan Pramuka masih belum ada gantinya dan semakin relevan dengan tantangan zaman yang semakin menggerus moralitas, akhlak, sopan santun, adat istiadat serta budi pekerti generasi muda kita. Adapun di masa pandemi Covid-19 ini, anggota Pramuka di manapun berada kiranya menjadi pelopor dalam penerapan protokol kesehatan dimulai dari dirinya sendiri, keluarga, lingkungan, dan masyarakat yang lebih luas. 

Keanggotaan Pramuka kiranya jangan sampai berakhir meskipun tidak lagi terlibat secara langsung di pangkalan/satuan. Pramuka tempatnya di dalam hati dan perbuatan. Maka dimanapun seorang anggota Pramuka berkarya hendaknya tetap berpegang teguh terhadap satya dan dharma-nya. Oleh karena itu, dalam kesempatan yang baik ini Kang Achay sebagai anggota Pramuka yang sudah tidak aktif di satuan namun masih berhati Pramuka mengajak pembaca untuk mengingat kembali kode kehormatan kita itu.

TRI SATYA

Demi kehormatanku, aku berjanji akan bersungguh-sungguh:

  1. Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mengamalkan Pancasila.
  2. Menolong sesama hidup dan ikut serta membangun masyarakat.
  3. Menepati Dasa Dharma. 
DASA DHARMA

  1. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia.
  3. Patriot yang sopan dan ksatria.
  4. Patuh dan suka bermusyawarah.
  5. Rela menolong dan tabah.
  6. Rajin, trampil, dan gembira.
  7. Hemat, cermat, dan bersahaja.
  8. Disiplin, berani, dan setia.
  9. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya.
  10. Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Apabila kita merenungkan poin-poin satya dan dharma di atas, nampak begitu luhur dan sangat relevan untuk diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari dalam keluarga, pekerjaan, masyarakat, serta berbangsa dan bernegara. Terlebih dalam keadaan pandemi yang terjadi saat ini, implementasi poin-poin tersebut rasa-rasanya sangat penting dalam rangka ikut serta menjaga NKRI tetap kuat dalam menghadapi cobaan pandemi yang hebat ini. 

Sebagai pelaksanaan poin-poin dasa dharma tersebut, Kang Achay secara pribadi memaknai dan mencatat beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk melaksanakannya di masa sulit ini:

  1. Kita hendaknya tetap melaksanakan kewajiban kita sebagai umat beragama dengan menjalankan setiap ajaran agama masing-masing dan menjauhi segala yang dilarang Tuhan YME. Kita hendaknya tetap menjalankan ibadah, baik secara bersama-sama (berjamaah) maupun sendiri sesuai dengan tuntunan pemerintah dan pemuka agama masing-masing. Kita juga jangan lupa agar selalu berdoa kepada Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa agar penyakit ini segera lenyap, kita dan keluarga serta masyarakat Indonesia tetap sehat dan kuat, dan bangsa kita tetap tanggung dalam menghadapi badai cobaan ini. Kita juga kiranya dapat menjaga diri kita dari perbuatan yang tidak sesuai ajaran agama kita, meskipun didorong oleh himpitan kesulitan terutama kesulitan ekonomi belakangan ini. Jangan sampai alasan ekonomi menjadi pemicu kita melakukan tindakan yang merugikan orang lain dan tidak sesuai dengan ajaran agama manapun. 
  2. Pandemi ini hendaknya menjadikan kita lebih sadar akan satu hal yang kita sering lupakan, begitu berpengaruhnya alam dan lingkungan terhadap kehidupan kita dan begitu besarnya jasa orang lain dalam kehidupan kita. Bayangkan saja, virus Corona yang ukurannya begitu kecil, yang untuk melihatnya memerlukan bantuan miskroskop begitu hebat mempengaruhi kehidupan kita saat ini. Artinya, kita tidak dapat terlepas dari alam, dari yang paling kecil hingga yang paling besar dan bisa dilihat kasat mata dan dirasakan panca indera. Oleh karena itu, kita hendaknya mulai menselaraskan kehidupan kita dengan alam, menjaga alam, mengambil manfaat seperlunya dan jangan dihamburkan. Kita juga hendaknya meneguhkan dalam hati kita untuk saling menyayangi antar sesama manusia. Jangan egois, jangan merasa benar sendiri. Perbedaan yang ada hendaknya jangan jadi penghalang untuk bersatu, untuk saling menyayangi, saling menyokong. Jangan pula perbedaan dibesar-besarkan namun kedepankan tenggang rasa dan saling menghargai. Kasih sayang juga dapat dibuktikan dengan saling menolong kesulitan hidup di masa pelik ini. 
  3. Dalam menghadapi pandemi ini, kadang kita berbeda pandangan dengan rekan atau saudara. Maka jangan lupakan untuk selalu mengedepankan norma kesopanan dalam saling menegur, saling mengingatkan. Jangan kasar, jangan merasa benar sendiri. Semua punya sudut pandang yang bisa jadi ada benarnya, tapi juga pasti tidak luput dari kesalahan atau kekurangan. Kesopanan sudah hampir dilupakan, terutama di jagat maya internet. Lalu, apabila memang diketahui argumen sendiri salah, keliru, kurang tidak ada salahnya mengakui. Mengaku salah bila memang keliru adalah salah satu sifat ksatria. Sebaliknya, ngotot saat sudah jelas keliru adalah sifat pengecut yang harus dihindari oleh setiap putra/putri Indonesia.
  4. Pandemi ini juga mengajarkan kita untuk patuh. Patuh untuk melaksanakan protokol kesehatan untuk kesehatan dan keselamatan diri sendiri dan orang sekitar adalah yang paling penting. Patuh terhadap anjuran para ahli dan pemimpin serta aturan yang telah disepakati. Apabila terdapat hal-hal yang tidak disetujui, sampaikan dengan cara-cara yang baik, musyawarahkan untuk mencapai solusi. Awas, jangan tertantang untuk adu argumen secara kasar, secara keras dan tanpa solusi. Musyawarah adalah peradaban yang ditinggalkan nenek moyang kita yang hampir kita lupakan meskipun sering kita sebut. Musyawarah itu untuk mencari solusi, bukan mencari musuh. 
  5. Pandemi juga menguji sejauhmana kita mampu dan mau menolong orang lain di sekitar kita. Banyak saudara kita sebangsa yang kehilangan pekerjaan dan penghasilan karena peristiwa ini. Banyak diantara mereka yang kesulitan untuk makan karena hilangnya pencaharian. Ini saatnya kita mengaplikasikan kerelaan kita dalam menolong sesama. Namun, jangan juga dilupakan bahwa kita sendiri mestilah tabah dalam menghadapi cobaan ini. Jangan putus asa bila wabah ternyata membuat kehidupan kita menjadi di bawah. Tetap semangat dan tabah berjuang. 
  6. Working from home ataupun Study from home jangan menjadikan kita menjadi pemalas. Tetap rajin dan trampil dalam melaksanakan segala aktivitas keseharian. Tetap produktif sebisa mungkin, karena itu berarti membantu negara kita bertahan melewati cobaan. Jangan kasih kendor, tetap semangat harus berapi-api. Selain itu, kita juga harus tetap gembira. Ingat, dengan bergembira maka antibodi kita menjadi kuat dan penyakit tidak akan dengan mudah menyerang. Gembira membuat kita lebih kuat dan tahan penyakit. Sebaliknya, bermuram durja tidak membuat tuntas masalah, malah membuat antibodi melemah. 
  7. Pandemi juga menjadi ujian bagi kita untuk mengelola dengan sebaik mungkin pendapatan dan pengeluaran kita. Berhematlah dalam pola konsumsi di masa ini untuk menghadapi hal-hal pengeluaran yang mungkin sangat penting di waktu mendatang. Hindari menggunakan rejeki secara berlebihan untuk hal-hal yang kiranya tidak terlalu penting. Kehidupan bersahaja sangat layak kita laksanakan agar kita tetap survive dan siap menghadapi segala kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi dalam perekonomian. 
  8. Kedisiplinan merupakan hal yang sangat penting dalam menghadapi pandemi. Disiplin, baik secara individu maupun kolektif adalah kata kunci yang sangat menentukan keberhasilan penanggulangan wabah virus ini. Ingat! Disiplin bukanlah barang mahal, asal kita semua berkomitmen untuk menjalankannya. Mari kita mulai dari diri sendiri. 
  9. Setiap orang harus bertanggungjawab terhadap diri dan keluarganya dalam menghadapi pandemi ini, yaitu bertanggungjawab menjaga keselamatan dan kesehatan. Dengan begitu, ia telah ikut menjaga keselamatan masyarakat, bangsa dan negara. Pemerintah juga mesti bertanggung jawab atas amanah mengelola negara dan menjamin keselamatan, keamanan, dan kesejahteraan lahir dan batin rakyatnya. 
  10. Akhirnya, setiap apapun yang kita lakukan semuanya harus dilandasi oleh niat suci, pikiran yang suci, perkataan yang suci, kelakuan yang suci, karena kelak kita ingin menghadap-Nya dalam keadaan suci. Oleh karena itu, setiap kita dalam menghadapi pandemi ini janganlah dilandasi oleh pikiran yang kotor, pikiran curiga, pikiran picik dan sejenisnya. Fokuskanlah pikiran kita dengan niat suci dan tulus ikhlas untuk bahu membahu menciptakan solusi bagi masalah ini, minimal untuk diri sendiri, keluarga, lingkungan lebih-lebih apabila mampu berbuat untuk masyarakat, bangsa, negara, dan umat manusia pada umumnya. 
Sekian. Salam Pramuka!!!

Asep Cahyana (Kang Achay)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen Suara Hati

Pelayanan Publik dan Pemuda