Ekspresikan Diri Dengan Menulis Puisi

Sumber gambar: https://blog.typoonline.com/

Banyak hal yang kita alami ataupun kejadian di sekitar kita yang layak untuk kita abadikan dalam suatu tulisan ataupun dokumentasi lain yang tepat. Salah satu bentuk tulisan yang dapat dipilih adalah puisi. 

Membuat puisi sudah menjadi salah satu hobi Kang Achay sejak kecil. Kang Achay sendiri tidak ingat ada berapa puisi yang pernah ditulis dan ada dimana mereka sekarang. Sebagian mungkin masih tersimpan di buku catatan harian atau di kertas terpisah, di majalah dinding sekolah, di blog teman, di majalah kampus, atau mungkin di tempat lainnya yang sudah tak diingat lagi. 

Menulis puisi buat saya sendiri tidak ditujukan untuk selalu dilihat oleh orang lain hingga membebani diri untuk menulis puisi yang "wah". Saya lebih senang menulisnya untuk mengekspresikan diri. Oleh karena itu, hasilnya bagus atau tidak, enak dibaca atau tidak, luar biasa atau tidak itu bukanlah yang terpenting. Kadang-kadang setiap orang juga memiliki cara pandang yang relatif terhadap suatu karya. Jadi, kualitas janganlah jadi persoalan. Saya sendiri lebih sering terkagum dengan puisi yang saya tulis setelah beberapa tahun puisi itu ditulis. 

Nah, mulai hari ini Kang Achay akan membuat label khusus di blog ini yaitu label "puisi". Puisi yang akan di-publish di blog ini antara lain puisi-puisi lama Kang Achay maupun puisi baru yang mungkin nanti akan ditulis. Sebagai pembuka, mari cermati puisi Kang Achay berjudul "Apa Kesenangan Kami?" yang ditulis tahun 2017.


APA KESENANGAN KAMI?

Apa kesenangan kami?
Kesenangan yang tidak macam-macam
Asal bukan kesulitan yang terlalu menyengsarakan
Itulah kami punya kesenangan

Bukan!
Bukan seperti si puan punya kesenangan
Saat bertas-tas uang rakyat dibawa pulang si tuan

Bukan!
Bukan seperti si tuan punya kesenangan
Saat status tersangkanya dibatalkan pra-peradilan

Apa kesenangan kami?
Ada pada berbagai kesederhanaan, bukan kemewahan
Tidak pula kebahagiaan karbitan, apa adanya
Itulah kami punya kesenangan

Di jalan:
Walaupun jalanan macet asalkan tidak parah-parah amat, kami sudah senang
Asalkan jalan rata meskipun tidak mulus-mulus amat, kami sudah senang
Walaupun penuh reklame iklan asalkan jembatan terbentang, kami sudah senang
Asalkan ada pedestrian yang enak dipakai jalan, kami sudah senang
Walaupun tidak sebagus di luar negeri asalkan trotoar bebas galian, kami sudah senang
Asalkan sepeda motor butut kami aman di parkiran, kami sudah senang
Atau bayar parkir tarifnya sesuai aturan, kami juga senang

Bukan!
Bukan seperti anak perempuan si puan punya kesenangan
Saat ia sama teman-teman sosialitanya pamer mobil mewah kesayangan
Kalau menyebrang jalan tidak disenggol motor orang, kami sudah senang
Kalau naik bus kota sopirnya ‘ngga kebut-kebutan, kami sudah senang
Kalau naik taksi konvensional argo-nya sesuai aturan, kami sudah senang
Kalau naik ojek online datangnya ‘ngga kelamaan, kami sudah senang
Kalau naik Transjakarta ‘ngga desak-desakan, kami sudah senang
Atau kalau naik Ka-Er-El ‘ngga dorong-dorongan, kami juga senang

Bukan!
Bukan seperti anak lelaki si puan punya kesenangan
Saat motor-gede gratifikasi dari kolega bapaknya dia pakai kebut-kebutan

Minum:
Asalkan kopi hitam di cangkir bebas dari sianida, kami sudah senang
Asalkan es teh manis es-batu-nya dingin kerasa, kami sudah senang
Asalkan air minum kemasan isinya bukan air kran, kami sudah senang
Asalkan jajan minuman warnanya masih pewarna makanan, kami juga senang

Bukan!
Bukan seperti anak lelaki si puan punya kesenangan
Saat ia ‘nenggak’ minuman dan pakai obat-obatan

Makan:
Kalau beli beras bahannya bukan rongsokan, kami sudah senang
Kalau beli cabe harganya ‘ngga kemahalan, kami sudah senang
Kalau beli gas ‘melon’ isinya bukan oplosan, kami sudah senang
Kalau beli nasi padang harganya paket sepuluh ribuan, kami sudah senang
Kalau beli nasi warteg lauknya bukan ‘angetan’, kami sudah senang
Kalau beli bubur ayam airnya ‘ngga kebanyakan, kami sudah senang
Kalau beli gorengan minyaknya ‘ngga hitam-hitam, kami juga senang

Bukan!
Bukan seperti anak perempuan si tuan punya kesenangan
Saat bayar makanan di restoran mahal pakai uang korupsi haram

Amboi, masih banyak kami punya kesenangan
Sederhana, bukan kesenangan yang bukan-bukan.

Jakarta, 6 Oktober 2017

Asep Cahyana (Kang Achay)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen Suara Hati

Pelayanan Publik dan Pemuda