Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Awas!!! Semangat Anda Bisa Hilang

Saya pernah membaca sebuah tulisan bahwasannya segala sesuatu di dunia ini awalnya tidak ada, lalu ada, dan akhirnya tidak ada. Anda boleh berpendapat lain tentang hal ini, tetapi saya meyakininya. Contoh sederhananya adalah ketika saya makan. Sebelum saya makan, tak ada makanan di perut saya dan saya merasakan lapar. Lalu saya makan. Maka makanan itu ada di perut saya dan saya merasakan keyang. Tapi tak berapa lama perut saya sudah bersuara lagi. Itu pertanda makanan itu telah tak ada di perut saya. Lalu bagaimana dengan yang ada manusia di bumi ini? Saya yakin Anda bisa menjawabnya. Pernahkah Anda menyadari bahwa semangat Anda berubah-ubah? Di suatu ketika semangat Anda menggebu, ada pula yang mengatakannya “semangat yang berkobar” atau “semangat yang berapi-api”. Namun, di waktu lain, Anda merasa semangat Anda sedang kendur, melemah, dan mungkin bisa hilang sama sekali. Tak bisa dipungkiri, faktor kelelahan pada fisik biasanya sebagai salah sau penyebabnya. Atau ketika Anda saki

Anda Bukan Yang Terbaik

Di atas langit masih ada langit. It u lah sepenggal kalimat yang seringkali kita dengar. Ada berbagai macam penafsiran terhadap kalimat ini. Paling tidak yang penulis tau antara lain janganlah sombong akan apa yang kita punya karena mungkin ada orang lain yang mempunyai lebih daripada kita. Sedangkan yang paling punya segalanya adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Maka sebenarnya Dia-lah yang sepantasnya menyombongkan diri. Sedangkan kita tidaklah pantas  mengingat segala keterbatasan yang kita miliki. Pada penafsiran lain, penggalan kalimat ini dapat berarti bahwa kita tidak boleh cepat puas atas suatu pencapaian atau prestasi yang kita capai. Seringkali kita menjadi lalai dan malas ketika kita sudah sampai kepada suatu titik tertentu yang dianggap oleh kiat sebagai suatu keberhasilan. Sikap tersebut sebaiknya kita waspadai. Mengapa? Pertama, sifat cepat puas adalah salah tanda kita terlalu berbangga diri dan sombong. Kita merasa sudah di atas angin manakala kita mencapai suat

HUT Republik Indonesia ke-72: Indonesia Kerja Bersama

Gambar
Sumber: fajar.co.id.

Jangan Cepat Menyerah

Saya teringat dengan perkataan kakak laki-laki saya ketika kami masih usia kanak-kanak dahulu. Ini tentang semangat dan jangan cepat menyerah. Sepulang sekolah, tugas buat kami dari orang tua kami mengambil rumput atau membersihkan ladang. Itu menjadi kegiatan rutin setiap hari. Dan saya selalu lebih mula daripada kakak saya untuk melakukan tugas itu. Saya selalu ingin menunjukkan bahwa saya bersemangat melakukan itu. Dan cenderung pula saya   melakukannnya tergesa, menghabiskan semua bahan bakar semangat dalam waktu yang singkat. Lalu setelah itu saya berhenti kelelahan. Kebiasaan itu berlaku dalam waktu yang lama. Dan saya tidak pernah beroleh teguran. Tapi, suatu saat kakak mengatakan, “Kau selalu begitu, selalu semangat di awal waktu tetapi tidak lama kemudian kau kelelahan dan berhenti sama sekali”. Waktu itu saya tersadar bahwa itulah salah satu kelemahan saya. Semangat saya dalam melakukan pekerjaan dinilai oleh kakak laki-laki saya sebagai semangat yang cepat mengendu

Birokrat Produk Kekerasan Sekolah Kedinasan

Lagi-lagi dunia pendidikan, lagi-lagi terjadi di sekolah tinggi kedinasan. Kekerasan di perguruan tinggi kedinasan seolah tidak ada hentinya. Baru-baru ini publik dikejutkan lagi dengan berita Amirullah Adityas Putra, taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda, yang tewas penuh luka memar. Amirullah diduga tewas setelah diberikan “pembinaan” oleh seniornya di lingkungan kampus milik Kementerian Perhubungan ini. Dua tahun lalu di institusi yang sama, Dimas Dikita Handoko harus meregang nyawa, setelah “dipanggil” ke kosan seniornya. Sebelumnya pada tahun 2008, Agung Bastian Gultom mengalami hal serupa, tewas di tangan senior. Hal yang sama kerap terjadi pada lembaga pendidikan sejenis untuk para calon birokrat ini. Sebut saja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (dahulu STPDN) Jatinangor misalnya. Di sekolah   kedinasan milik Kementerian Dalam Negeri ini tercatat beberapa kasus praja yang meninggal tak wajar. Kasus tewasnya Cliff Muntu pada tahun 2007 adalah salah satu yang

Semangat Memulai

Jika kita pernah menghitung, banyak sekali aktivitas yang harus kita jalankan setiap hari. Begitu pula pekerjaan yang menunggu untuk kita selesaikan dalam setiap harinya. Kadangkala sebelum kita menyentuhnya pun, seolah-olah kita sudah merasakan beban berat dari pekerjaan-pekerjaan itu. Apa yang terjadi? Ternyata pikiran kita tengah memberikan kesan terhadap apa yang kita sebuh sebagai pekerjaan itu. Ada dua kemungkinan kesan kita terhadap pekerjaan itu. Kesan I: pekerjaan itu sungguh berat untuk dilakukan. Dalam kondisi ini, Anda merasa diri Anda tidak sanggup melakukannya. “Ini pekerjaan yang terlalu rumit, prosesnya sangat panjang, memerlukan banyak pengetahuan, pasti nanti akan ada kesalahan, lalu saya harus memperbaikinya, lalu saya temukan lagi kesalahannya lalu harus saya perbaiki. Ah lebih baik saya menundanya, mungkin besak saya sudah lebih siap” . Itu mungkin kata-kata yang Anda akan katakan di dalam hati Anda. Salah satu hal yang paling rentan membuat kita

Semangat Itu Abstrak

Entah mengapa saya ingin mengangkat judul ini. Saya kira karena saya memang sedang bersemangat membahas “semangat” itu sendiri. Namun demikian apa yang akan saya tuliskan bukanlah sebuah definisi sebagaimana biasa dituliskan oleh para ilmuwan dalam teori-teorinya. Sebagaimana Anda tahu bahwa teori itu harus dibuktikan melalui penelitian dan diuji dengan teori lainnya. Apa yang saya tuliskan lebih merupakan apa yang saya sendiri alami dan mungkin dialami oleh Anda juga. Di dalam buku bagian ini, saya hanya ingin menuliskan bahwa semangat itu awalnya abstrak dan hanya akan terlihat pada saatnya semangat itu dipakai dan mewarnai aktivitas Anda. Jadi, mustahil seseorang berbicara bahwa dia semangat melakukan sesuatu tetapi ia tidak pula melakukannya. Akhirnya, kita hanya bisa mengatakan itu omong kosong saja bukan? Semangat merupakan kata sifat, bukan kata kerja. Seseorang yang bersemangat berarti seseorang yang mempunyai sifat semangat. Tapi semangat dalam melakukan apa? Tentu

RT RW: Posisi Kopral Kewenangan Jenderal

Jika akhir-akhir ini ramai orang bicara tentang Ahok karena kasus dugaan penistaan agama, pernah juga ramai pertentangan Ahok dengan para Ketua RT dan RW se-DKI Jakarta. Saat itu, Ahok mengeluarkan kebijakan yang mewajibkan RT dan RW untuk melaporkan kinerja pelayanannya lewat aplikasi Qlue. Tidak tanggung-tanggung, tiga kali laporan dalam sehari. Ketua RT dan RW berontak tidak setuju. Masalah ini berbuntut pada Gerakan 3 Juta KTP Tolak Ahok. Rasa-rasanya tidak ada orang dewasa yang tidak mengenal istilah Pak RT (Ketua Rukun Tetangga) dan Pak RW (Ketua Rukun Warga), baik di perkotaan maupun pedesaan. Apabila pada komunitas masyarakat ada masalah, dia adalah orang pertama yang dituju. Mungkin itu juga sebabnya dunia entertainment banyak melibatkan karakter Pak RT di film, talk show, ataupun sinetron karena perannya sangat erat dengan keseharian masyarakat. Posisi Kopral dengan kewenangan bak Jenderal. Pertama, dia merupakan respresentasi penguasa terhadap akar rumput. Misalnya