Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2019

Setiap Detik

Tidak akan mudah mewujudkan mimpi yang tadinya tidak mungkin menjadi mungkin. Tapi tidaklah mustahil pula sesuatu yang sanga t mungkin akan berubah menjadi hal yang sulit terwujud. Semua ber gantung pada usaha dan kerja keras kita. Semua bergantung pada rentetan detik yang kita manfaatkan untuk kehidupan kita, kini dan nanti. Setia p detik yang kita lewati sangatlah berharga. Setiap detik berarti bagi kita dalam menjalani kehidupan. Setiap detik aku bisa mengetik beberapa huruf dengan jariku. Setiap detik aku bisa menyelesaikan beberapa bait puisiku. Dan setia p detik aku bisa menaklukan dunia. Duniaku. Setiap detik akan sangat berharga. Karena setiap detik menentukan menit dan setia p menit menentukan jam. Setiap detik yang kita lalui tak akan kita temukan lagi. Ia terbang dan hilang seperti anak panah yang dilepaskan busur ke semak-semak. Ia hilang kawan, hilang tanpa bekas…. Aku tak tahu apa kah yang aku lakukan hari ini benar. Apakah aku telah memanfaatkan deti

Sesuatu yang Kecil

Perjalanan hidupku mengatakan bahwa kita harus menghargai apapun, sekecil apapun, dan seperti apapun sesuatu yang kita punya. Segala sesuatu yang kita punya dengan keadaan yang terlekat padanya (sifat) mempunyai nilai dan kebaikan bagi kita sekecil apapun dan pada saat se harusnya ia berguna. Terlebih kita tidak tahu hari esok akan seperti apa. Dan ternyata selalu benar suatu adagium bahwa Tuhan lebih mengetahui dan memberikan apa yang kita butuhkan ( what we need ) daripada apa yang kita inginkan ( what we want ). Apa yang kita punya sekecil apapun hendaknya kita hargai dan kita jaga betul-betul sebisa mungkin. Bahkan k ita tidak tahu benda apa yang paling berharga untuk kita saat kita berada dalam   kesulitan. Ketika kulit tertusuk duri bukan dongkrak yang kita butuhkan atau wajan dari emas yang kita ingin tapi sepotong jarum untuk mencungkil duri itu. Terlebih kita harus mempercayai perkataan orang bijak bahwasannya kita akan menyadari bahwa betapa berharganya sesuatu yang k

ASÉP WUNGKUL

Lulus sarjana téh lain jadi leungit kapusing, lain béak karuwet. Geus lulus jadi sarjana élmu pamaréntahan téh kuring bet nambahan karingrang na haté. Geus puguh ari keur kuliah mah, komo keur nyusun nu ngaranna skripsi. Pusing kaliwat naker. Méh unggal peuting diuk dina hareupeun komputer téh, menerkeun naskah skripsi meunang nyorétan dosén pembimbing. Aya ku édas éta dosén, teu kireum-kireum nyorétan skripsi kuring. Nepi ka aya nu hiji bab dicorét kabéh. Kabina-bina.             Tapi wajar éta mah. Heueuh geus puguh da ari mangsa harita mah waktuna élmu panemu nu diulik dalapan seméster téh diuji. Saréréa oge nu geus sarjana mah ngalaman meureun. Enya meureun, da geuning ayeuna mah gampang di sawatara kampus mah hayang meunang és-hiji téh. Enya Sarjana maksud teh. Aya nu kuliahna kakara minggu kamari langsung milu wisuda minggu hareup. Aneh.             Tapi nu matak jadi pikir keur kuring ayeuna lain masalah éta. Keun waé lah masalah éta mah da geus kitu aya na. Keun waé

Optimalisasi Pelaksanaan Rekomendasi Ombudsman

Ombudsman Republik Indonesia sebagai lembaga negara pengawas pelayanan publik dilengkapi dengan sejumlah kewenangan. Salah satu kewenangan Ombudsman berdasarkan Pasal 8 ayat (1) huruf UU 37/2008 adalah membuat Rekomendasi mengenai penyelesaian Laporan, termasuk Rekomendasi untuk membayar ganti rugi dan/atau rehabilitasi kepada pihak yang dirugikan. Ombudsman mengeluarkan Rekomendasi apabila hasil pemeriksaan terhadap Laporan menyatakan ditemukan maladministrasi. Bagaimana kepatuhan instansi penyelenggara pelayanan publik terhadap Rekomendasi Ombudsman? Berdasarkan data yang diolah Keasistenan Resolusi dan Monitoring, 40% Rekomendasi dilaksanakan sepenuhnya, 18% dilaksanakan sebagian, 26% tidak dilaksanakan, dan sisanya masih dipantau pelaksanaannya. Artinya, secara keseluruhan terdapat 58% penerima Rekomendasi yang patuh terhadap Rekomendasi Ombudsman. Mengapa masih banyak instansi yang tidak mematuhi Rekomendasi Ombudsman? Bisa jadi masih banyak pihak yang salah kaprah memahami R

Mengenang Aksi Solidaritas Untuk Rohingya

Gambar
Keprihatinan warga Rohingya masih terus berlangsung. Duka mereka sepertinya masih tak berujung.  Mereka terusir dari tanah airnya, Myanmar, dan masih harus bertahan pada beberapa negara tetangga. Penderitaan, kelaparan, penyakit, merupakan keseharian bagi mereka sebagaimana kita baca pada berbagai laporan. Apalagi, beberapa minggu terakhir terdengar kabar bencana longsor menerjang ribuan gubuk para pengungsi Rohingya di Bangladesh sebagaimana diberitakan detik.com 15 Juli 2019 .  Kondisi ini memang belum banyak berubah sejak dua tahun lalu, ketika konflik di Myanmar sedang panas-panasnya dan menyebabkan warga muslim Rohingya terpaksa menyingkir. Pemerintah Myanmar seakan tidak terlalu ambil pusing dengan beberapa laporan lembaga-lembaga internasional, termasuk lembaga-lembaga HAM dan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai kekerasan yang terjadi terhadap warga Rohingya. Konon kekerasan itu paling banyak dilakukan oleh pihak penguasa militer negara tersebut, namun tidak pernah meng