Anda Bukan Yang Terbaik
Di
atas langit masih ada langit. Itulah
sepenggal kalimat yang seringkali kita dengar. Ada berbagai macam penafsiran terhadap
kalimat ini. Paling tidak yang penulis tau antara lain janganlah sombong akan
apa yang kita punya karena mungkin ada orang lain yang mempunyai lebih daripada
kita. Sedangkan yang paling punya segalanya adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Maka
sebenarnya Dia-lah yang sepantasnya menyombongkan diri. Sedangkan kita tidaklah
pantas mengingat segala keterbatasan
yang kita miliki.
Pada
penafsiran lain, penggalan kalimat ini dapat berarti bahwa kita tidak boleh
cepat puas atas suatu pencapaian atau prestasi yang kita capai. Seringkali kita
menjadi lalai dan malas ketika kita sudah sampai kepada suatu titik tertentu
yang dianggap oleh kiat sebagai suatu keberhasilan. Sikap tersebut sebaiknya
kita waspadai. Mengapa?
Pertama,
sifat cepat puas adalah salah tanda kita terlalu berbangga diri dan sombong.
Kita merasa sudah di atas angin manakala kita mencapai suatu keberhasilan yang
menurut kita itu yang paling tinggi. Tanpa kita sadari bahwa mungkin orang lain
bisa melakukannya lebih baik daripada kita. Padahal kita
diperintahkan Alloh swt untuk berlomba-lomba dalam kebajikan.
“Maka berlomba-lombalah kamu
(dalam melakukan) kebaikan” (QS al-Baqarah: 148 dan al-Maidah: 48)
Kedua,
sifat cepat puas menandakan kelalaian. Jika kita terlena atas suatu
keberhasilan lalu diam tanpa melakukan apapun, menjadi malas dan terbuai, maka
itu sangat berbahaya. Anda pernah mendengar cerita boiling frog?
Suatu
hari si katak meloncat ke sana dan kemari. Dia merasakan ketidaknyamanan dalam lingkungannya.
Terlalu dingin karena musim penghujan telah datang. Setelah meloncat kesana
kemari, ternyata si katak sampai kepada loncatan yang terakhir yakni masuk ke
dalam sebuah panci yang telah dipakai untuk menjerang air. Si katak merasakan
hangat. Apa yang dia lakukan? Dia merasa sangat puas dengan lingkungan barunya.
Dia menjadi terlena dan tertidur sangat lelap tanpa bersikap waspada. Sementara
air yang dimasak semakin panas dan mendidih.
Apa yang terjadi dengan si katak? Anda bisa menjawabnya sendiri.
Maksud
saya dengan ‘jangan terlalu cepat puas’ bukan berarti bahwa kita tidak
mensyukuri apa yang menjadi pencapaian kita. Bersyukur adalah kewajiban dan
mesti dilakukan sekecil apapun keberhasilan kita. Dengan bersyukur terhadap
nikmat yang kecil kita bisa lebih mensyukuri nikmat yang besar.
“Dan jika kalian bersyukur, niscaya Dia akan meridhai kalian
(dari perbuatan syukur tersebut).” (Az-Zumar: 7)
Jangan
terlalu cepat puas dimaksudkan lebih kepada jangan terlena dan menjadi lalai
atas suatu pencapaian. Sekali lagi, jangan terlena dan menjadi lalai atas suatu
pencapaian. Hidup terus bergerak. Ukuran
keberhasilan pun terus naik seiring berjalannya waktu. Jika ukurannya terus meninggi sementara kita masih dengan pencapaian yang
semula, maka habislah kita dimakan waktu dan tidak
kuat bersaing.
Itulah
yang dimaksud dengan kemajuan. Perubahan. Semua terus berubah seiring dengan
berputarnya jarum jam. Semua hal yang ada di dunia ini akan terus berubah
kecuali perubahan itu sendiri. Begitulah beberapa orang bijak berkata.
Nah,
perlu sikap yang bijaksana dalam mengikuti perubahan itu. Salah satunya, hemat
saya adalah jangan terpaku pada suatu kondisi atau pencapaian. Harus terus
bergerak setiap waktu. Moving forward!
Karena hidup adalah sebuah perjuangan dan perjuangan adalah suatu perbuatan.
Disanalah ada kata kerja.
Dalam
literatur lain sebagaimana konsep Islam telah berkata bahwa menuntut ilmu
diwajibkan buat manusia sepanjang hayat yaitu dari buaian sampai masuk ke dalam
liang lahat. Itu artinya tidak ada alasan bagi kita untuk berhenti belajar. Itu
pula artinya tidak ada alasan buat kita untuk cepat puas sehingga berhenti
melakukan kebaikan-kebaikan setinggi apapun, sebanyak apapun.
Kebaikan
yang dilakukan berulang-ulang dan terus menerus tidak akan menimbulkan kerugian
bagi siapapun. Bahkan, kebaikan yang dilakukan secara rutin dan meningkat
adalah sesuatu yang sangat diharapkan bisa dilakukan oleh setiap manusia.
“Barangsiapa yang harinya sekarang lebih baik daripada kemarin maka dia
termasuk orang yang beruntung. Barangsiapa yang harinya sama dengan kemarin
maka dia adalah orang yang merugi. Barangsiapa yang harinya sekarang lebih
jelek daripada harinya kemarin maka dia terlaknat.” (AlHadits)
Hari
ini harus lebih baik daripada hari kemarin dan besak juga harus lebih baik dari
hari ini. Begitulah kira-kira konsep hidup yang bahagia. Bahkan dikatakan bahwa
hari ini masih sama dengan hari kemarin, merugilah kita. Apalagi jika hari ini
lebih buruk dari kemarin, celakalah kita!
“Sikap cepat puas hanya akan berujung
pada kelalaian dan ketinggalan dalam perkembangan zaman”
Asep Cahyana (Kang Achay)
Komentar
Posting Komentar