Semangat Memulai
Jika kita pernah menghitung, banyak
sekali aktivitas yang harus kita jalankan setiap hari. Begitu pula pekerjaan
yang menunggu untuk kita selesaikan dalam setiap harinya. Kadangkala sebelum
kita menyentuhnya pun, seolah-olah kita sudah merasakan beban berat dari
pekerjaan-pekerjaan itu.
Apa
yang terjadi? Ternyata pikiran kita tengah memberikan kesan terhadap apa yang
kita sebuh sebagai pekerjaan itu. Ada dua kemungkinan kesan kita terhadap pekerjaan
itu.
Kesan
I:
pekerjaan itu sungguh berat untuk
dilakukan.
Dalam kondisi ini, Anda merasa diri Anda
tidak sanggup melakukannya. “Ini
pekerjaan yang terlalu rumit, prosesnya sangat panjang, memerlukan banyak
pengetahuan, pasti nanti akan ada kesalahan, lalu saya harus memperbaikinya,
lalu saya temukan lagi kesalahannya lalu harus saya perbaiki. Ah lebih baik saya
menundanya, mungkin besak saya sudah lebih siap”. Itu mungkin kata-kata
yang Anda akan katakan di dalam hati Anda.
Salah
satu hal yang paling rentan membuat kita menunda sesuatu adalah ketakutan
berbuat kesalahan. Saya sendiri sering merasa khawatir ketika melakukan sesuatu
saya akan berbuat kesalahan. Lantas, biasanya saya tunda pekerjaan itu atau
tidak melakukannya sama sekali. Padahal itu bukanlah tindakan yang paling benar
dan bijak. Saya dan Anda tentu setuju bahwa manusia tidak ada yang sempurna.
Seringkali kita membuat kesalahan, dan itu dilakukan oleh orang yang paling
cerdas sekalipun. Jika kita hanya memikirkan “saya takut nanti hasilnya salah, tidak sempurna” maka saya yakin
pekerjaan itu tidak akan pernah selesai dan hasilnya adalah nol besar.
Jadi
yang harus kita lakukan adalah berbuat. Jangan takut berbuat salah karena masih
banyak waktu untuk membuat koreksi atau meminta orang lain untuk mengoreksi
pekerjaan kita.
Saya
teringat perkataan salah satu atasan saya. Suatu hari setelah memeriksa laporan
yang saya buat dan memberikan masukan perbaikan, tanpa diminta beliau berkata: “Tahukan kamu, mengoreksi pekerjaan orang
lain itu lebih mudah daripada membuatnya sendiri? Saya senang karena kamu telah
berusaha mengerjakannya sebaik mungkin”.
Jadi
mengapa mesti takut? Selalu ada koreksi dan saran masukan orang lain untuk
pekerjaan yang sudah dicoba untuk dikerjakan. Tetapi jika pekerjaan itu belum
dikerjakan sama sekali, tidak ada sesuatu yang harus dikoreksi bukan? Yang ada
adalah kertas kosong yang tidak berarti apa-apa.
Tetapi Anda juga harus bertekad pada
diri Anda sendiri bahwa Anda siap dikoreksi oleh orang lain. Belum tentu semua
hal yang baik menurut kita, baik juga menurut pendapat orang lain. Belum tentu
hal yang benar menurut kita lalu benar juga menurut pendapat orang lain atau teori
atau kebiasaan umum. Dan saya yakin bahwa kritik dari seseorang tidak akan
menimbulkan bekas luka di tubuh kita dan tidak menjadikan kita seseorang yang
hina. Bahkan, ketika kita berani menerima kritik orang lain kepada kita maka
kita akan terus menjadi lebih baik dan lebih mulia. Berbeda dengan orang yang
tidak mau menerima kritik orang lain, maka selamanya dia akan ada di dalam
kegelapan dan pemahamannya yang salah. Artinya, kemauan kita untuk menerima kritik
dan saran dari orang lain adalah hal yang sangat luar biasa bermanfaat dan
berhubungan dengan apa yang saya katakan mengenai “jangan takut salah” di atas.
Kesan II: Ini pekerjaan mudah,
nanti saja saya kerjakan.
Kesan
ini tidak lebih baik dari yang pertama, yaitu menganggap suatu pekerjaan
terlalu mudah sehingga dengan mudah kita bisa menundanya. Tanpa disadari bahwa
kita sudah masuk ke dalam area “kelalaian”. Dan jika dibiarkan terus menerus,
itu akan sangat berbahaya. Waktu terus berjalan. Dan kita biasanya baru tersadar
ketika kita sudah di ujung waktu dan menjadi sangat khawatir tidak dapat
memenuhi deadline.
Seseorang
yang menganggap sesuatu akan mudah dikerjakan, dapat dikerjakan dengan cepat
lalu menundanya sebenarnya tengah berada pada jurang yang sangat berbahaya.
Mengapa saya katakan demikian? Karena ketika dia merasakan begitu maka seluruh
pikirannya diliputi kesombongan yang pada akhirnya akan melahirkan memandang
sesuatu sangat kecil dan tidak berharga sehingga bisa begitu saja diabaikan. Biasanya
pandangannya lebih ditujukan kepada luarannya saja. Suatu ketika dia
mendapatkan sesuatu yang dia pandang hal kecil itu sebagai sesuatu yang rumit
sedangkan waktu sudah hampir habis maka yang muncul adalah ketidaktelitian,
sikap terburu-buru dan bencana kegagalan.
Sebaiknya
kita tidak memandang sesuatu terlalu sulit dan tidak pula memandangnya terlalu
mudah dan kecil. Persepsi kita terhadap sesuatu
kadang salah bahkan berbanding 180 derajat dengan kenyataannya. Sesuatu
di dalam persepsi kita amat kecil, padahal mungkin sebenarnya sangat besar dan
berbahaya.
Di
sisi lain, kita juga tidak perlu memandang sesuatu menjadi sangat besar dan
sulit. Apalagi kita berusaha mendramatisasi agar orang lain kasihan dan
memaklumi kita. Hal seperti ini jangan sampai Anda biasakan. Karena berfikiran
semacam inilah misalnya, banyak mahasiswa yang terkendala dalam mengerjakan
skripsinya. Mereka memandang skripsi sebagai pekerjaan yang terlalu sulit
dikerjakan. Akhirnya mereka terus menunda dan menunda. Padahal mereka sudah
hampir sampai di puncak sukses pendidikannya.
“Dalam memulai sesuatu, janganlah
memandang sesuatu terlalu sulit dan jangan pula meremehkannya”.
Komentar
Posting Komentar