Seleksi Beasiswa Ancora Foundation (Bagian II)
"Beasiswa Ancora Foundation adalah beasiswa yang disediakan dan/atau difasilitasi oleh Ancora Foundation. Lembaga ini adalah organisasi filantropi Indonesia yang didirikan oleh Gita Wirjawan".
Teman-teman pembaca yang baik budinya.
Alhamdulillah, Kang Achay berkesempatan untuk melanjutkan cerita pengalaman mengikuti seleksi Beasiswa Ancora Foundation yang sempat tertunda. Semoga pengalaman ini dapat menjadi inspirasi atau setidak-tidaknya motivasi untuk tetap memperjuangkan mimpi.
Sebelum Kang Achay melanjutkan cerita, perlu kiranya disampaikan dulu sekelumit profil Ancora Foundation. Lembaga ini merupakan organisasi filantropi Indonesia yang didirikan oleh pengusaha bernama Gita Wirjawan, yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Menteri Pendagangan Republik Indonesia pada masa pemerintahan Presiden SBY. Ancora Foundation didirikan pada tahun 2008 dengan fokus pada pemberian beasiswa tingkat lanjut kepada siswa-siswa terbaik dan terpandai di Indonesia. Informasi selengkapnya dapat diakses melalui website resmi Ancora Foundation. Adapun beasiswa Ancora Foundation yang Kang Achay ikuti pada tahun 2008 terselenggara atas kerja sama antara Ancora Foundation dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat atas inisiatif Dede Yusuf yang menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat saat itu. Dalam pelaksanaannya, Ancora Foundation bermitra dengan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dan Mitra Pembangunan Daerah (Lambada) Jawa Barat. Beasiswa ditujukan kepada mahasiswa asal Jawa Barat yang berkuliah pada perguruan tinggi negeri dan swasta di Jawa Barat. Lambada Jawa Barat sendiri dipimpin oleh Bob Sulaeman Effendi.
Nah, sekarang mari kita lanjutkan cerita pengalamannya.
18 Desember 2008 malam.
Sebelumnya telah disampaikan bahwa Kang Achay sudah tiba di gerbang villa tempat seleksi tahap lanjutan Beasiswa Ancora Foundation itu dilaksanakan. Jam yang melingkar di pergelangan tangan Kang Achay menunjukkan waktu sekitar pukul 19.30 WIB. Kondisi di luar villa sudah nampak sepi, hanya ditemui seorang penjaga. Setelah menjelaskan tujuan kedatangan, penjaga mempersilakan masuk seraya menunjukkan letak aula dimana kegiatan dilaksanakan.
Sebenarnya waktu itu Kang Achay sempat bimbang kembali. Kedatangan di waktu yang sudah mulai larut ini jelas tidaklah baik karena seharusnya sudah ada di lokasi pada pukul 13.00 WIB. Akan tetapi, mundur tanpa mencoba juga jelas bukan pilihan yang baik mengingat perjuangan sudah sejauh ini. Akhirnya, saya memberanikan diri menuju aula dan bertemu dengan beberapa orang berpakaian seragam dengan logo "Lambada". Seketika pandangan mereka tertuju kepada Kang Achay seraya bertanya mengenai maksud kedatangan. Saya menjawab dengan lugu dan apa adanya mengenai maksud kedatangan. Nampak raut muka kekecewaan di wajah mereka karena saya datang terlambat.
Sesaat kemudian salah satu dari mereka bertanya apakah saya datang membawa syarat-syarat. Saya balik bertanya, apakah gerangan syarat yang diperlukan. Seorang panitia perempuan dengan lembut menjelaskan bahwa diantara syarat tersebut yaitu RAB dari kampus dan uang pendaftaran. Uang pendaftaran diberlakukan karena panitia tidak memiliki anggaran khusus untuk akomodasi selama kegiatan seleksi berlangsung, sehingga dibebankan kepada peserta. Besarnya uang pendaftaran tersebut kalau tidak salah sekitar Rp 700rb-800rb. Saya terkaget mendengar penjelasan tersebut, terutama pada poin uang pendaftaran. Kang Achay yang sedang lelah secara fisik itu berupaya menjelaskan bahwa saya tidak membawa kedua syarat tersebut. Pertama, pihak kampus tidak dapat memberikan RAB dengan beberapa pertimbangan. Kedua, saya tidak membawa uang yang mencukupi karena tidak terinformasi sebelumnya terkait ketentuan uang pendaftaran.
Saya sampaikan bahwa saya hanya membawa uang beberapa puluh ribu, untuk ongkos pulang pergi. Ibu panitia itu terdiam, kemudian meminta saya untuk menunggu. Tidak lama kemudian, beliau datang lagi bersama seorang laki-laki yang nampaknya atasannya. Kami membahas lagi soal uang pendaftaran, seraya ditanyakan "Bagaimana apabila kami tidak bisa memperkenankan Saudara masuk karena tidak memenuhi syarat-syarat dimaksud?" tanya bapak tersebut. Saya menjawab dengan tenang bahwa saya bisa menerima keputusan tersebut dan saya akan kembali ke Sukabumi malam itu juga. "Bagi saya yang penting saya sudah berusaha datang memenuhi undangan tersebut. Sedangkan yang berwenang menentukan saya bisa lanjut ikut atau tidak adalah bapak dan ibu. Saya bisa kembali ke Sukabumi malam ini juga sebelum benar-benar larut", begitu kurang lebih tanggapan Kang Achay waktu itu. Mereka minta waktu untuk bermusyawarah. Dan, tidak lama kemudian saya dipersilakan masuk ke dalam aula untuk bergabung dengan peserta yang lain. (Catatan: hingga saat ini saya tidak tahu, apakah uang pendaftaran itu memang diberlakukan atau merupakan salah satu cara panitia untuk menguji kesungguhan peserta. Saya juga tidak pernah membahasnya dengan peserta lain, pun tidak ada peserta lain yang membahas soal itu)
Peserta seleksi sudah berkumpul di aula. Jelas bahwa saya merupakan peserta terakhir yang tiba di tempat itu. Mereka duduk berkelompok dalam lingkaran-lingkaran kecil dipandu oleh seseorang yang kemudian diketahui merupakan psikolog. Belakangan saya juga tahu bahwa jumlah peserta yang lolos ke tahap ini sejumlah 69 (enam puluh sembilan) orang. Mereka hampir memulai kegiatan Leaderless Group Discussion (LGD) ketika saya dipersilakan masuk ke dalam satu kelompok. Wajah para peserta nampaknya sudah cerah dan bersemangat karena mereka sudah sempat beristirahat setelah datang ke lokasi pada siang harinya. Mereka memperkenalkan diri dan asal daerah mereka dari seluruh pelosok Jawa Barat. LGD dilaksanakan sekitar satu jam, dimana masing-masing peserta saling menanggapi mengenai tema yang diberikan. Kalau saya tidak salah, salah satu tema yang dibahas adalah perihal kepemimpinan. Sang psikolog mengamati satu per satu ketika kami menyampaikan pendapat masing-masing. Setelah LGD, tahapan berikutnya adalah menulis essay dan menulis mengenai profil diri/latar belakang keluarga masing-masing dalam kertas A4 yang diberikan panitia. Sekira pukul 23.00 WIB kegiatan selesai. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok, terpisah antara laki-laki dan perempuan. Kami ditempatkan pada masing-masing cottage, sekitar sepuluh orang per kelompok.
Ditempatkan secara berkelompok dalam satu tempat tinggal menjadikan tuntutan untuk saling mengenal antar peserta. Akan tetapi hal itu nampaknya tidak mudah pada mulanya, karena setiap peserta seperti sama-sama segan untuk saling berkenalan. Saya melihat gelagat tersebut dan memandangnya sebagai hal yang kurang baik. Disanalah Kang Achay mulai berperan membuka obrolan, menjadi mediator diatara mereka. Alhasil, malam itu menjadi lebih hidup. Kami mengobrol dan saling bertukar informasi hingga malam larut. Keesokan paginya ketika memasak sarapan bersama, kami sudah akrab layaknya telah berkawan sejak lama.
19 Desember 2008
Hari kedua, panitia membawa kami berkeliling lokasi dalam rangka outbond. Dalam kegiatan itu juga diselipkan sub-kegiatan wawasan kebangsaan, bela negara, serta kepemimpinan. Kang Achay lupa detail kegiatan itu, tetapi intinya sangat menyenangkan sekaligus melelahkan. Satu hal yang Kang Achay jaga adalah selalu mengikuti setiap rangkaian kegiatan dengan semangat, gembira, dan berupaya menjadi motor penggerak bagi rekan-rekan peserta lainnya.
Sore harinya kegiatan ditutup dan peserta sudah bisa kembali ke daerah masing-masing. Adapun pengumuman hasil seleksi akan dilaksanakan dalam waktu dekat dengan undangan resmi dari panitia. Panitia akan memilih 20 (dua puluh) orang terbaik sebagai penerima beasiswa. Kang Achay tidak berani berharap banyak, mengingat sejumlah kekurangan persyaratan selama mengikuti kegiatan tersebut. Meskipun demikian, Kang Achay tetap berdoa kepada Allah Swt agar memberikan hasil terbaik.
Kami kembali ke daerah masing-masing. Kang Achay juga pulang ke Sukabumi tidak sendirian. Ternyata ada tiga orang dari Sukabumi yang lolos ke tahap itu. Salah seorang diantaranya membawa kendaraan roda empat dan mengajak Kang Achay pulang bersama. Ya, setiap peristiwa akan sangat menyenangkan ketika menambah teman dan saudara.
Sekian dulu ya teman-teman... Lain waktu saya sambung untuk bagian pengumuman hasil seleksi.
Asep Cahyana (Kang Achay)
Komentar
Posting Komentar