Bandara Kertajati dan Pariwisata Sumedang
![]() |
Sumber: https://tandamatabdg.files.wordpress.com/2019/08/11908032.jpg |
Kota leutik camperenik. Najan leutik tapi resik
Ngaliwat Cadas Pangeran. Mmmh.. kota Sumedang
Dipapaes ku Cipeles. Tampomas nu matak waas
Cimalaka pamandian. Ngagenyas caina herang
Potongan lirik lagu ciptaan penyanyi Doel Sumbang tersebut sarat dengan pesan bahwa Sumedang adalah sebuah kota yang cantik dan indah. Dalam lagu itu disebut pula Gunung Tampomas dan pemandian Cimalaka. Pesan itu seharusnya dimaknai bahwa Sumedang memiliki potensi wisata yang cukup baik, tak kalah dengan daerah lain di Jawa Barat.
Terdapat beberapa jenis destinasi wisata Sumedang yang layak menjadi perhatian turis domestik maupun mancanegara. Pada destinasi wisata alam, Sumedang punya Gunung Tampomas, beberapa curug, beberapa perkebunan teh, agrowisata, pemandian air panas dan situ. Kita juga memiliki potensi wisata sejarah, antara lain Museum Prabu Geusan Ulun, situs-situs pemakaman dan panileman leluhur Sumedang seperti Dayeuh Luhur dan Gunung Lingga, makam pahlawan nasional Tjut Nyak Dhien, situs peninggalan Jepang, d.l.l.
Untuk tujuan wisata olahraga, Sumedang memiliki salah satu tempat paralayang terbaik di Indonesia yaitu Batu Dua. Tempat ini semakin menarik karena pemandangan alam yang sangat indah dan view mengarah langsung ke Bendungan Jatigede. Bendungan ini pun potensial menjadi salah satu destinasi perairan darat yang maju bila dikelola dengan baik.
Potensi adat tradisi dan budaya pun tak kalah menarik. Tarawangsa dari Rancakalong, menjadi kebanggan Sumedang. Begitu pula dengan kesenian-kesenian lainnya yang hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat, seperti Kuda Renggong, hingga festival-festival budaya tradisi dan kontemporer. Didukung pula dengan kehendak Pemerintah Daerah menjadikan Sumedang Puseur Budaya Sunda.
Bandara Kertajati
Diresmikannya pengoperasian Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kertajati Kabupaten Majalengka akhir Mei 2018 dan pemindahan penerbangan domestik dari dan ke Bandung yang semula dilayani di Bandara Husein Sastranegara awal Juli 2019, menjadi peluang dan tantangan bagi pariwisata Sumedang. Hal ini ditandai dengan ramainya investor mengatakan Bandara Kertajati sebagai gerbang utama menuju wisata Jawa Barat, bahkan sejak sebelum bandara ini resmi beroperasi. Pemerintah daerah dan warga Sumedang, yang wilayahnya hanya berjarak lebih kurang 20 kilometer dari bandara ini jangan tinggal diam. Kita harus cepat dan tepat memanfaatkan situasi ini. Sayang sekali bila urang Sumedang hanya bisa jadi penonton.
Pariwisata cukup penting sebagai alternatif mendongkrak pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Sumedang. Dikutip dari www.setda.sumedangkab.go.id, target PAD Kabupaten Sumedang Tahun Anggaran 2018 sebesar Rp. 424.731.807.788,29 dari total target pendapatan Rp. 2.339.792.562.078,29. Ini artinya, pembangunan di daerah kita tercinta ini masih lebih banyak transferan dari Pemerintah pusat yaitu dana perimbangan sebesar Rp. 1.637.498.528.446,00.
Pariwisata juga bisa secara langsung menumbuhkan perekonomian masyarakat. Selain destinasi pokok pariwisata itu sendiri, biasanya tumbuh pula usaha-usaha lain, seperti kuliner, cinderamata, jasa transportasi, akomodasi, dan sebagainya. Dengan demikian, selain produksi Tahu Sumedang yang akan melegenda, akan berkembang usaha-usaha mikro kecil lainnya.
Tantangan
Untuk mewujudkan mimpi pesatnya pariwisata di Sumedang, masih banyak pe-er yang harus diselesaikan. Pekerjaan rumah tersebut, terutama bagi Pemerintah Daerah. Tapi pelaku usaha dan masyarakat luas pun memiliki kewajiban serupa manakala cita-cita tersebut ingin terwujud. Sinergitas peran Pemerintah Daerah, masyarakat dan pihak swasta sangat diharapkan untuk mengatasi tantangan ini.
Bagi Pemerintah Daerah, tugas utama yang harus diwujudkan adalah infrastruktur. Dapat dipastikan bahwa infrastruktur masih menjadi kendala utama bagi sebagian besar destinasi wisata kita. Jalan-jalan menuju tempat wisata kebanyakan rusak atau bahkan belum terbangun sama sekali. Begitu pula dengan fasilitas-fasilitas umum di sekitar tempat wisata yang minim, harus menjadi perhatian. Singkatnya, infrastuktur menjadi prasyarat wajib agar destinasi wisata menarik bagi turis. Pemerintah Daerah wajib memenuhinya sebagai bagian dari pelayanan barang publik.
Infrastuktur yang baik harus ditunjang pula dengan fasilitas destinasi itu sendiri, akomodasi dan transportasi. Maka Pemerintah Daerah memiliki kewajiban untuk mendorong investor agar mau berinvestasi. Mendorong pemodal untuk menanamkan modal bukan hanya dengan promosi, loby-loby, apalagi KKN. Hadirkanlah inovasi pelayanan publik khususnya perizinan usaha, maka dengan sendirinya investor akan mendekat.
Setelah infrastruktur, akomodasi, dan transportasi dipastikan selesai maka promosi sudah layak dilakukan. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui dinas terkait maupun oleh pelaku usaha dengan berbagai saluran. Apalagi dengan kemudahan teknologi sekarang ini, promosi pun menjadi sangat mudah dan murah. Asal lokasi wisata instragramable, akan cepat menjadi konsumsi sosial media.
Peran masyarakat pun perlu menjadi perhatian serius Pemerintah Daerah dan investor. Masyarakat yang sadar wisata sangat penting bagi kelangsungan hidup dunia parawisata. Jangan ada lagi supir angkutan yang menaikan ongkos semaunya terhadap pelancong. Jangan pula pedagang menaikan harga barang seenaknya karena pembelinya adalah turis. Hilangkan kebiasaan salah itu karena membuat wisatawan kapok. Buatlah turis betah berlama-lama di Sumedang karena keramahan orang-orangnya.
Asep Cahyana (Kang Achay)
Catatan: Artikel ini pernah diterbitkan di Harian Pikiran Rakyat Sabtu 3 Agustus 2019 Halaman 14 dengan judul Bandara Kertajati dan Pariwisata Sumedang.
Catatan: Artikel ini pernah diterbitkan di Harian Pikiran Rakyat Sabtu 3 Agustus 2019 Halaman 14 dengan judul Bandara Kertajati dan Pariwisata Sumedang.
Komentar
Posting Komentar