Sesuatu yang Kecil


Perjalanan hidupku mengatakan bahwa kita harus menghargai apapun, sekecil apapun, dan seperti apapun sesuatu yang kita punya. Segala sesuatu yang kita punya dengan keadaan yang terlekat padanya (sifat) mempunyai nilai dan kebaikan bagi kita sekecil apapun dan pada saat seharusnya ia berguna. Terlebih kita tidak tahu hari esok akan seperti apa. Dan ternyata selalu benar suatu adagium bahwa Tuhan lebih mengetahui dan memberikan apa yang kita butuhkan (what we need) daripada apa yang kita inginkan (what we want).

Apa yang kita punya sekecil apapun hendaknya kita hargai dan kita jaga betul-betul sebisa mungkin. Bahkan kita tidak tahu benda apa yang paling berharga untuk kita saat kita berada dalam  kesulitan. Ketika kulit tertusuk duri bukan dongkrak yang kita butuhkan atau wajan dari emas yang kita ingin tapi sepotong jarum untuk mencungkil duri itu. Terlebih kita harus mempercayai perkataan orang bijak bahwasannya kita akan menyadari bahwa betapa berharganya sesuatu yang kita punya atau betapa kita mencintai sesuatu tatkala kita kehilangannya atau sesuatu itu tak lagi ada dalam genggaman kita atau tak lagi menjadi milik kita.

Apa yang kita punyai sekecil apapun hendaknya kita berdayakan, kita kembangkan secara kreatif dan inovatif. Potensi apapun yang kita miliki tatkala kita kembangkan akan menjadi sesuatu yang luar biasa pada waktunya. Jangan pedulikan bagus atau jeleknya karya atas penilaian diri sendiri karena yang obyektif menilai karya kita bukanlah diri kita sendiri melainkan orang lain.

Apa yang kita punya sekecil apapun hendaknya dapat kita mengelolanya. Kita terkadang lupa bahwa sekecil apapun apa yang kita punya akan bermanfaat besar tatkala kita bisa membagi-baginya dengan bijaksana. Jika kita mengetahui teori-teori manajemen,  maka kita akan menemukan di dalamnya asas-asas pengelolaan terhadap milik kita itu. Jika kita membaca teori administrasi yang mencakup distribusi kepentingan dan alokasi sumber daya maka kita akan dapatkan sesuatu yang membawa kita untuk memberdayakan sesuatu yang kecil itu. Terkadang kita mengalami kesulitan dalam memutuskan hal mana yang harus dilakukan dalam dua kondisi yang berbeda tatkala kita bukanlah orang yang pandai mengatur milik kita. Dalam kondisi yang serba terbatas, kita sulit memutuskan hal apa yang haris dipenuhi terlebih dahulu. Dalam kondisi sebaliknya lebih sulit lagi menjawabnya dalam hal alokasi bahkan penentuan urgensi sesuatu yang dapat dipenuhi. Kadangkala yang muncul hanyalah pragmatisme tanpa pikir panjang. Akhirnya sesuatu yang sedikit ataupun banyak tidak memberikan pengaruh yang berbeda atas kualitas pencapaian kita.

Apa yang kita punya sekecil apapun hendaknya memberikan kita pelajaran akan hidup hemat. Hidup sederhana adalah pilihan bijak bagi orang yang berfikir. Pemborosan bagi sebagian orang memang seakan sudah menjadi kebutuhan, tapi itu tak akan lama. Akan ada saatnya dimana terjadi  kejenuhan. Terlebih jika sumber daya yang bisa digunakan untuk pemenuhan kebutuhan tersebut sudah habis tak ada sisa. Apa yang bisa dilakukan saat pemborosan justru menelantarkan secara paksa kepada kesengsaraan? Yang akan ada hanyalah penyesalan. Janganlah menunggu sampai saat itu tiba!

Apa yang kita miliki sekecil apapun hendaknya tidak menjadikan kita kikir. Setiap segala sesuatu akan menjadi besar pada waktunya. Lagi pula tak akan ada keuntungan atau laba bagi sebuah kekikiran. Kekikiran hanya akan melanggengkan kefakiran. Setiap segala sesuatu di alam ini sampai sebutir atom pun memiliki kedermawan bagi materi yang lainnya. Dan sebagai khalifah kita harus dapat menempatkan alokasi yang bijak bagi seluruh komponen pembentuk sistem alam ini. Semua komponen di alam raya ini berhak saling berbagi satu sama lain. Dan kita tak berhak menghalang-halangi setiap komponen itu untuk saling berinteraksi dan saling berderma.

Apa yang kita miliki sekecil apapun hendaknya tidak menjadikan kita sombong dan takabur. Sesuatu yang kecil ini hendaknya menjadi ajang latihan bagi kita untuk lebih siap menerima sesuatu yang lebih besar kelak. Dan itu akan terjadi pada kita ketika kita bersabar. Sikap sombong dan takabur dengan hak milik yang kecil hanya akan membawa keteledoran dan marabahaya saat diamanati sesuatu yang lebih besar.

Apa yang kita miliki sekecil apapun hendanya jangan menjadikan kita iri hati. Sesuatu lebih besar yang dimiliki oleh orang lain belum tentu membawa kebahagiaan yang lebih besar daripada sesuatu yang kecil yang kita miliki itu. Bahkan terkadang ketika kita tak mampu mendayakannya, atau tak mampu mendistribusikannya atau tak mampun mengalokasikannya benda besar itu akan menjadi bumerang yang berbahaya bagi kita, menyiksa kita, merongrong kita dan menanamkan kebencian dan takabur pada diri kita. Janganlah iri hati pada milik orang lain karena hanya akan menjadikan dua perkara yang sama menyiksanya. Perkara pertama adalah kebekuan hati yang betapa tersiksa memilik orang lain bahagia dengan apa yang dia punya. Ini terjadi tatkala kita diam dengan tanpa usaha untuk memiliki miliknya. Perkara kedua adalah kesengsaraan jiwa raga tatkala kita berbuat nekad merebut paksa ataupun meminta tanpa harga diri terhadap miliknya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen Suara Hati

Pelayanan Publik dan Pemuda