Seleksi Berbasis Komputer Beasiswa LPDP
Pengalaman Mengikuti Beasiswa LPDP Bagian 3 - Tahapan Seleksi Berbasis Komputer (SBK)
Halo teman-teman... Mohon maaf tertunda cukup lama nih dari postingan Pengalaman Mengikuti Beasiswa LPDP Bagian-3. Yuk... Saatnya Kang Achay melanjutkan cerita pengalaman tersebut...
Tepat tanggal 14 Juni 2019, LPDP mengumumkan hasil Seleksi Administrasi Beasiswa Pendidikan Indonesia LPDP Tahun 2019 Gelombang I. Pihak LPDP mengirimkan email kepada seluruh peserta bahwa hasil seleksi administrasi telah diumukan. Peserta diminta untuk mengecek akun pendaftaran masing-masing.
Alhamdulillah..... Kang Achay dinyatakan lulus Seleksi Administrasi. Artinya, Kang Achay berhak untuk mengikuti tahapan selanjutnya yaitu Seleksi Berbasis Komputer (SBK). Seleksi Berbasis Komputer adalah satu tahap seleksi LPDP yang termasuk format baru. Tahap ini baru diadakan pada Seleksi Beasiswa LPDP Tahun 2018. Konon, hal ini merupakan hasil evaluasi dan masukan atas format-format seleksi yang diberlakukan tahun-tahun sebelumnya.
Karena merupakan format seleksi yang terbilang baru, buku soal latihan khusus Seleksi Berbasis Komputer LPDP belum ditemukan di toko-toko buku. Akhirnya saya buka artikel-artikel di internet yang mengulas mengenai hal ini. Banyak para peserta seleksi LPDP tahun 2018, khususnya mereka yang sudah lolos (sukses) Beasiswa LPDP, membagikan pengalamannya selama mengikuti seleksi. Dari artikel-artikel itu pula saya memperoleh gambaran seperti apa Seleksi Berbasis Komputer itu. Diantara berbagai artikel yang bertebaran di blog-blog kreatif, saya membaca artikel di blognya Mas Pulung Hendro, Mas Arry Rahmawan, dan Mba Maryam Qonita. Terima kasih pada beliau-beliau atas sharing informasinya. Materi yang diujikan terdiri atas Tes Potensi Akademik selama 90 menit, Soft Competency selama 30 menit, dan on the spot writing selama 30 menit sehingga keseluruhan 150 menit.
Beberapa hari setelah email pemberitahuan lulus Seleksi Administrasi, tepatnya tanggal 19 Juni 2019, pihak LPDP menyampaikan email pemberitahuan informasi umum mengenai waktu, jenis SBK yang akan diujikan dan tata tertib pelaksanaan. Seleksi akan dilaksanan pada tanggal 1-5 Juli 2019 sesuai jadwal dan lokasi masing-masing. Tempat Seleksi Berbasis Komputer masing-masing peserta adalah sesuai dengan pilihan pada saat kita mendaftar, yaitu di beberapa kota besar. Pelamar dapat memilih tempat seleksi di kota terdekat dengan tempat tinggalnya. Karena menggunakan sistem CAT seperti Seleksi CPNS, seleksi ini diselenggarakan pada Kantor-Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara (BKN), kecuali untuk yang wilayah Jakarta dilaksanakan di Kantor BKN pusat. Saya sendiri ikut tes di BKN pusat, yang berlokasi di Jl. Mayjen Sutoyo, Cililitan, Jakarta Timur.
Untuk mengikuti SBK LPDP, terdapat tata tertib yang harus dipatuhi ya teman-teman. Ingat ya, tata tertib bukan untuk dilanggar melainkan untuk dipatuhi. Lagipula panitia pelaksana seleksi beasiswa LPDP itu tegas ya soal aturan, jadi jangan coba-coba untuk mengakali karena teman-teman sendiri yang nanti akan rugi. Berikut sejumlah tata tertib yang masih Kang Achay ingat:
1. Datang ke lokasi tes yang ditetapkan oleh LPDP yaa (tentunya sesuai pilihan awal kita). Kalau misalnya rekan-rekan datang ke lokasi selain yang ditetapkan, tidak akan dilayani. Jadi perlu pertimbangan betul ketika pertama kali memilih lokasi tes ya.
2. Hadir lebih awal dari jadwal tes yang ditentukan. Kalau tidak salah ditetapkan paling tidak 60 (enam puluh) menit sebelum pelaksanaan tes ya. Hal ini penting karena ada beberapa prosedur yang harus dilakukan sebelum tes, seperti pemeriksaan keabsahan peserta. Kalau peserta terlambat datang, maka secara otomatis dinyatakan gugur lho... Jadi usahakan sebaik mungkin ada di lokasi dengan tepat waktu. Atur alarm kalau perlu yaa...
3. Melakukan registrasi dan mengisi daftar hadir.
4. Tidak perlu membawa banyak dokumen, cukup KTP dan Kartu Tanda Peserta SBK. Tidak boleh dan tidak perlu membawa buku-buku bacaan, catatan (contekan apalagi), kalkulator, HP atau alat komunikasi lainnya, kamera dalam berbagai bentuk, makanan/minuman, apalagi berbagai jenis senjata tajam atau benda berbahaya.
5. Peserta yang hadir mengikuti tes di seleksi SBK harus peserta asli yang mendaftar ya. Ingat, jangan sesekali menggunakan joki karena akan terbongkar dan tindakan tersebut adalah tindakan merugikan diri sendiri. Berusahalah dengan kemampuan sendiri. Jangan melakukan tindakan yang termasuk perilaku kriminal seperti menggunakan jasa joki atau menjadi joki untuk orang lain.
6. Gunakan pakaian yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh pihak LPDP. Waktu saya ikut, ketentuannya menggunakan baju kemeja putih dan celana hitam (untuk peserta laki-laki), rok/celana hitam bagi perempuan, kerudung hitam bagi yang menggunakan, dan memakai sepatu. Ingat, jangan pakai sendal ya!
7. Peserta duduk di tempat yang telah ditentukan oleh pihak penyelenggara. Jangan duduk di tempat semau peserta ya. Teman-teman tidak perlu khawatir kalaupun harus dapat tempat duduk paling depan. Insyaa Allah semua tempat sama saja, jangan pernah terpikir dapat tempat paling belakang agar bisa nyontek yaa...!
8. Selama tes berlangsung, peserta dilarang saling mengobrol, memberikan atau menerima sesuai antarpeserta tanpa seizin panitia. Peserta juga dilarang keluar ruangan tanpa seizin panitia, apalagi kalau sampai merokok di ruangan. Wah keterlaluan kalau itu terjadi, mana ruangannya ber-AC pula. Ingat yaa buat teman yang "ahli hisap", puasa dulu selama tes!!! Sukur-sukur kalau jadi seterusnya berhenti merokok, kan bagus tuh hehehe...
9. Peserta cuma boleh gunakan komputer untuk membuka aplikasi SBK. Jadi jangan buka Mbah Google untuk cari jawaban yaa... Awas lhoo...!!!
10. Peserta yang sudah selesai mengerjakan semua soal, dapat meninggalkan ruangan tes dengan
tertib.
Semua tindakan pelanggaran terhadap tata tertib tersebut dapat berupa teguran lisan, dikeluarkan dari ruang, dinyatakan batal sebagai peserta hingga dinyatakan gugur (diskualifikasi). Jadi sekali lagi, jangan main-main dengan tata tertib tersebut ya teman-teman.
Nah, kita tinggalkan dulu tentang tata tertib. Kembali lagi ke pengalaman Kang Achay mengikuti SBK tersebut di Kantor BKN pusat.
Kang Achay mendapatkan jadwal tes tanggal 4 Juli 2019 sekitar pukul 13.00 WIB. Pada tanggal tersebut kebetulan Kang Achay harus mengikuti konsinyering untuk membahas kerjaan kantor yang dilaksanakan di salah satu hotel di daerah Jakarta Selatan. Berat juga sebenarnya harus meninggalkan pekerjaan, namun setelah meminta izin kepada atasan Kang Achay diperbolehkan mengikuti SBK dengan catatan segera kembali ke lokasi rapat setelah tes selesai. Kang Achay bersyukur atasan bisa memahami kondisi tersebut bahkan memberikan support yang besar. Akan tetapi karena urusan pekerjaan, malam sebelum tes tidak ada persiapan belajar secara khusus. Kang Achay hanya berupaya dengan melakukan shalat sunnah dan berdoa kepada Allah Swt memohon kemudahan dan kelancaran serta hasil yang terbaik.
Sekitar pukul 10.00 WIB, Kang Achay meluncur dari daerah Jakarta Selatan menuju Kantor BKN di daerah Jakarta Timur. Karena menggunakan kendaraan roda empat, saya mengupayakan berangkat lebih awal, mengantisipasi kemacetan Jakarta yang sudah tidak perlu lagi diceritakan dalam tulisan ini. Sebelumnya, Kang Achay sudah merencanakan untuk memarkir mobil di parkiran Mall PGC Cililitan karena panitia sudah menyampaikan pengumuman agar peserta tidak membawa kendaraan bermotor ke lokasi tes mengingat kapasitas parkir yang tidak memadai. Jalanan cukup padat, memakai waktu lebih dari satu jam untuk mencapai Mall PGC. Mobil diparkir disana, kemudian saya melaju menuju ke lokasi dengan berjalan kaki. Entah karena gugup sudah mulai masuk kedalam dada, di tengah perjalanan menuju lokasi ada perasaan ragu apakah kendaraan sudah dikunci atau belum. Muncul kebimbangan, apakah perlu kembali lagi ke parkiran Mall PGC atau tidak. Akan tetapi waktu sudah semakin mendesak, pikir saya. Saya tidak mau Sejurus kemudian, saya memantapkan hati untuk terus menuju lokasi tes seraya berdoa agar kendaraan saya baik-baik saja. Sepanjang trotoar di sekitar Kantor BKN sudah banyak orang berpakaian putih-hitam menandakan peserta SBK, baik yang sudah selesai mengikuti tes di sesi pagi maupun yang baru akan ikut sesi siang seperti saya.
Lokasi sudah ramai peserta yang duduk maupun berdiri. Panitia menyediakan tenda dilengkapi tempat duduk di sekitar gerbang masuk, tidak jauh dari gedung Assesment Center yang menjadi tempat tes. Peserta ada yang duduk maupun berdiri. Sebuah papan pengumuman dipasang memuat skor hasil tes peserta hari sebelumnya. Aku sempat melihat, nilainya beragam. Dari yang paling tinggi (sekitar 350 kalau tidak salah) sampai dengan yang paling rendah (sekitar 80 atau 90, agak lupa). Konon nilai tersebut adalah nilai TPA, namun tidak termasuk nilai soft competency dan nilai OTS Writing. Di bagian depan tenda terpasang LCD monitor dan meja panitia, serta pengeras suara dimana panitia mengumumkan beberapa pengumuman.
Adzan Dhuhur berkumandang dari Masjid BKN. Panitia mempersilakan kepada peserta yang muslim untuk mengerjakan shalat terlebih dahulu. Saya beranjak menuju masjid, dimana sudah banyak peserta yang mengambil wudhu dan bersiap untuk menghadap Rabb mereka. Saya mengambil wudhu dengan tenang, segera masuk masjid dan melaksanakan shalat sunnah. Sesaat Iqomah dikumandangkan, peserta segera berbaris rapi mengikuti perintah imam untuk meluruskan shaff. Shalat berjamaah dilaksanakan dengan khusuk. Banyak diantara hamba Allah yang beribadah saat itu merupakan peserta tes. Seusai shalat mereka umumnya berdoa dengan khidmat, tentu dalam setiap hati mereka ada harapan untuk hasil yang terbaik atas apa yang mereka perjuangkan untuk masa depan mereka. Lulus dan meraih beasiswa LPDP adalah suatu kebanggaan sekaligus menjadi salah satu jalan meraih cita-cita lewat menempuh pendidikan di kampus impian.
Selesai melaksanakan shalat dzuhur, Kang Achay mampir ke minimarket BKN untuk membeli sebungkus roti dan air mineral. Dalam menghadapi tes, perut tidak boleh kosong. Itu adalah prasyarat utama mengikuti tes dengan baik. Perut yang keroncongan ataupun terlalu penuh akan mengganggu konsentrasi selama mengikuti tes. Tapi lain soal kalau memang sejak awal teman-teman berniat puasa dan memang terbiasa puasa sunnah ya, itu sangat bagus.
Peserta diminta untuk mempersiapkan KTP dan tanda peserta serta diminta mengisi tempat duduk di depannya. Panitia mulai mengumumkan ketentuan dan tata tertib yang sebelumnya telah disampaikan secara tertulis melalui email. Peserta juga diberikan kesempatan bertanya apabila ada hal-hal yang belum jelas. Setelah semua peserta menyatakan mengerti, peserta diminta menunggu sampai dipanggil secara berkelompok (kalau tidak salah sepuluh orang per satu kali panggilan) untuk memeriksakan kartu peserta dan KTP. Pelaksanaan tes saat itu memang agak mundur jam yang seharusnya karena sesi sebelumnya sempat terlambat selesai, mungkin karena ada kendala tertentu.
Sambil menunggu panggilan panitia, saya berkenalan dan mengobrol dengan beberapa peserta yang duduk di sekitar saya. Mereka ada yang sudah bekerja namun banyak pula yang baru lulus kuliah dan langsung berniat melanjutkan. Asal institusi tempat mereka bekerja juga beragam, baik dari Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, BUMN, hingga perusahaan swasta. Namun kebanyakan yang saya tanya berasal dari lingkungan Kementerian Keuangan. Pegawai Kemenkeu umumnya memiliki informasi dan motivasi yang baik untuk mengikuti beasiswa ini. Seperti dua orang yang saat itu duduk di samping saya, keduanya dari Direktorat Jenderal Bea Cukai Kemenkeu. Mereka menyampaikan bahwa dari instansinya banyak sekali yang mengikuti seleksi ini melalui beasiswa jalur PNS/TNI/Polri.
Adapun ketika bertanya balik, saya menyatakan bahwa setahuku yang mengikuti seleksi ini dari institusiku hanya saya seorang. Meskipun begitu, saya juga sampaikan bahwa ada beberapa kolega saya di kantor yang sudah lulus seleksi beasiswa LPDP dan sedang menempuh pendidikan di luar negeri. Ya, memang demikian adanya. Lalu mereka juga heran mengapa saya mengikuti BPI reguler bukan jalur PNS/TNI/Polri seperti mereka. Saya hanya menjawab, saya ingin bersaing dengan peserta kebanyakan orang. Menurut beberapa informasi, seleksi jalur PNS/TNI/Polri memiliki peluang yang lebih besar. Namun demikian, saya tidak terlalu percaya sepenuhnya keterangan tersebut karena saya meyakini bahwa LPDP tidak sembarangan memilih orang untuk menerima beasiswa prestisius tersebut.
Beberapa orang peserta juga saling bertanya mengenai pengalaman mengikuti seleksi beasiswa LPDP. Ada yang menyatakan sudah mengikuti sampai kali ketiga dan merupakan kesempatan terakhir baginya. Ada yang bilang sudah pernah sampai tahap wawancara tapi kemudian tidak lolos. Tapi ada pula yang baru pertama kali mengikuti seleksi beasiswa ini, ya seperti Kang Achay inilah. Inilah pengalaman pertama ikut seleksi beasiswa LPDP. Tapi Kang Achay pernah mengikuti seleksi beasiswa lainnya ketika jenjang sarjana dulu. Dari apa yang mereka sampaikan, terselip harapan juga kekhawatiran... Harapan untuk bisa sukses meraih beasiswa dan pendidikan. Tapi juga kekhawatiran tidak bisa mewujudkannya. Hanya atas izin Yang Maha Kuasa semua dapat dicapai.
Nama Kang Achay dipanggil dan saya langsung menuju meja pemeriksaan tanda peserta dan KTP di depan gedung Assesment Center. Seorang petugas perempuan menyambut saya di mejanya seraya meminta saya menyerahkan dokumen tersebut. Ia memeriksanya dengan teliti kemudian membolak-balik KTP saya seraya tidak percaya. Ia kemudian melihat kepada saya berulang kali tanda sedang memastikan sesuatu.
"Fotonya beda sekali dengan wajah Bapak sekarang", katanya. Saya agak gugup, langsung menyadari bahwa dia sedang meragukan identitas saya. Tapi sejurus kemudian saya meyakinkan hati saya bahwa saya tidak perlu khawatir karena saya tidak berbohong. Foto di KTP dengan wajah saya sekarang memang agak berbeda, karena setelah menikah berat badan saya naik drastis. hehehe....
"Iya betul Mba, itu foto tahun 2012 sebelum saya menikah", jawab saya. Dia tersenyum kemudian mengembalikan dokumen tersebut kepada saya.
"Iya Pak, tidak apa-apa. Tetap mirip kok", jawabnya.
Kami dipersilakan untuk menyimpan tas dan barang-barang lainnya di loker besi yang telah disediakan disana. Kami boleh membawa kunci masing-masing loker tersebut, beserta Kartu Peserta dan KTP. Kemudian kami diminta naik ke lantai dua dan menunggu di suatu ruangan sebelum masuk ke ruangan tes. Tes sesi sebelumnya masih berlangsung, jadi kami tidak langsung masuk ke ruangan tes. Kami menunggu di ruangan tersebut sekitar 20-30 menit, dalam kondisi ada yang dapat duduk dan ada pula yang harus berdiri karena tidak kebagian tempat duduk. Sebuah LCD monitor terpampang di bagian depan ruangan, memperagakan tata cara pelaksanaan SBK.
Tiba saatnya kami masuk ke ruangan tes. Kami langsung duduk di tempat masing-masing sesuai nomor peserta yang terpampang. Seorang petugas Assesment Center BKN yang juga pengawas tes memberikan pengarahan dan membacakan kembali tata tertib. Kami diberikan kesempatan bertanya hal-hal yang tidak dipahami. Setelah semua menyatakan mengerti, tes pun dimulai.
Sesaat kemudian semua peserta sudah larut dalam pekerjaan masing-masing. Tidak terdengar suara gaduh, nampaknya semua peserta mengerjakan soal dengan tertib dan sesuai aturan. Saya sendiri juga terlarut dalam soal-soal yang lumayan menguras tenaga dan pikiran. Bagian TPA diberikan waktu 90 untuk mengerjakan, tetapi waktu sepanjang itu terasa sangat singkat, terutama dalam menghadapi soal-soal hitungan. Saya sudah meninggalkan dunia hitung menghitung sejak lulus SMA lebih dari 10 tahun lalu, sehingga soal-soal itu cukup menyulitkan bagi saya.
Setelah waktu sesi TPA selesai, berlanjut ke sesi soft competency lalu OTS Writing. Untuk peserta tujuan kampus dalam negeri, essay ditulis dalam bahasa Indonesia sedangkan peserta tujuan kampus luar negeri menulis essay dalam bahasa Inggris. Saya beruntung karena tema yang diberikan cukup familiar sehingga saya bisa menulis essay dengan bahan informasi yang cukup baik. Tapi tetap saja memerlukan waktu untuk menulisnya sampai memperoleh tulisan singkat yang sesuai keinginan saya. Saya menulis bagian informasi awal, argumen, serta kesimpulan dan solusi saya secara runtut berharap dapat hal tersebut dapat menghantarkan saya lolos tahap ini.
Satu per satu peserta tes sudah meninggalkan ruangan. Saya yakin mereka ada orang-orang yang sangat cerdas dan cekatan karena dapat menyelesaikan tes sebelum waktunya habis. Ketika saya menyelesaikan separuh dari essay saya, tinggal beberapa orang peserta saja yang masih bertahan di dalam kelas. Saya berusaha tetap tenang meskipun ada nafas semakin memburu. Akan tetapi,saya tetap meneguhkan hati untuk menyelesaikan tes ini sampai waktu berakhir. Saya menegaskan kepada diri sendiri bahwa yang peserta yang lebih dulu keluar ruangan bukan berarti berkesempatan lolos lebih besar dan begitu pula sebaliknya. Dan akhirnya.... waktu habis. Saya benar-benar menjadi peserta yang terakhir yang berada di ruangan tes. Saya meninggalkan ruangan tes, menuju ke loker tempat penyimpanan barang.
Sesaat kemudian saya menuju tenda yang semula dijadikan tempat menunggu untuk melihat nilai tes yang dipampang di LCD monitor disana. Nilai Kang Achay tidak terlalu kecil namun juga tidak terlalu besar, nampaknya merupakan nilai tengah lebih sedikit. Dalam hati saya merasa tidak terlalu puas dengan nilai tersebut, tapi tetap bersyukur dan berharap nilai tersebut dapat menghantarkan pada kesuksesan meraih beasiswa ini.
Kang Achay pulang. Tugas kantor masih menanti di hotel tempat rapat dilaksanakan. Kang Achay langsung menuju kesana untuk bergelut lagi dengan berkas-berkas pekerjaan. Hasil tes SBK sementara dilupakan. Daripada berharap dalam kecemasan, Kang Achay lebih memilih untuk menunggu pengumuman resmi dari pihak LPDP apakah saya lolos ke tahap berikutnya atau perjuangan harus berhenti di tahap ini.
(Bersambung...)
Tepat tanggal 14 Juni 2019, LPDP mengumumkan hasil Seleksi Administrasi Beasiswa Pendidikan Indonesia LPDP Tahun 2019 Gelombang I. Pihak LPDP mengirimkan email kepada seluruh peserta bahwa hasil seleksi administrasi telah diumukan. Peserta diminta untuk mengecek akun pendaftaran masing-masing.
Alhamdulillah..... Kang Achay dinyatakan lulus Seleksi Administrasi. Artinya, Kang Achay berhak untuk mengikuti tahapan selanjutnya yaitu Seleksi Berbasis Komputer (SBK). Seleksi Berbasis Komputer adalah satu tahap seleksi LPDP yang termasuk format baru. Tahap ini baru diadakan pada Seleksi Beasiswa LPDP Tahun 2018. Konon, hal ini merupakan hasil evaluasi dan masukan atas format-format seleksi yang diberlakukan tahun-tahun sebelumnya.
Karena merupakan format seleksi yang terbilang baru, buku soal latihan khusus Seleksi Berbasis Komputer LPDP belum ditemukan di toko-toko buku. Akhirnya saya buka artikel-artikel di internet yang mengulas mengenai hal ini. Banyak para peserta seleksi LPDP tahun 2018, khususnya mereka yang sudah lolos (sukses) Beasiswa LPDP, membagikan pengalamannya selama mengikuti seleksi. Dari artikel-artikel itu pula saya memperoleh gambaran seperti apa Seleksi Berbasis Komputer itu. Diantara berbagai artikel yang bertebaran di blog-blog kreatif, saya membaca artikel di blognya Mas Pulung Hendro, Mas Arry Rahmawan, dan Mba Maryam Qonita. Terima kasih pada beliau-beliau atas sharing informasinya. Materi yang diujikan terdiri atas Tes Potensi Akademik selama 90 menit, Soft Competency selama 30 menit, dan on the spot writing selama 30 menit sehingga keseluruhan 150 menit.
Beberapa hari setelah email pemberitahuan lulus Seleksi Administrasi, tepatnya tanggal 19 Juni 2019, pihak LPDP menyampaikan email pemberitahuan informasi umum mengenai waktu, jenis SBK yang akan diujikan dan tata tertib pelaksanaan. Seleksi akan dilaksanan pada tanggal 1-5 Juli 2019 sesuai jadwal dan lokasi masing-masing. Tempat Seleksi Berbasis Komputer masing-masing peserta adalah sesuai dengan pilihan pada saat kita mendaftar, yaitu di beberapa kota besar. Pelamar dapat memilih tempat seleksi di kota terdekat dengan tempat tinggalnya. Karena menggunakan sistem CAT seperti Seleksi CPNS, seleksi ini diselenggarakan pada Kantor-Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara (BKN), kecuali untuk yang wilayah Jakarta dilaksanakan di Kantor BKN pusat. Saya sendiri ikut tes di BKN pusat, yang berlokasi di Jl. Mayjen Sutoyo, Cililitan, Jakarta Timur.
![]() |
Kantor BKN Pusat (Sumber: www.bkn.go.id) |
1. Datang ke lokasi tes yang ditetapkan oleh LPDP yaa (tentunya sesuai pilihan awal kita). Kalau misalnya rekan-rekan datang ke lokasi selain yang ditetapkan, tidak akan dilayani. Jadi perlu pertimbangan betul ketika pertama kali memilih lokasi tes ya.
2. Hadir lebih awal dari jadwal tes yang ditentukan. Kalau tidak salah ditetapkan paling tidak 60 (enam puluh) menit sebelum pelaksanaan tes ya. Hal ini penting karena ada beberapa prosedur yang harus dilakukan sebelum tes, seperti pemeriksaan keabsahan peserta. Kalau peserta terlambat datang, maka secara otomatis dinyatakan gugur lho... Jadi usahakan sebaik mungkin ada di lokasi dengan tepat waktu. Atur alarm kalau perlu yaa...
3. Melakukan registrasi dan mengisi daftar hadir.
4. Tidak perlu membawa banyak dokumen, cukup KTP dan Kartu Tanda Peserta SBK. Tidak boleh dan tidak perlu membawa buku-buku bacaan, catatan (contekan apalagi), kalkulator, HP atau alat komunikasi lainnya, kamera dalam berbagai bentuk, makanan/minuman, apalagi berbagai jenis senjata tajam atau benda berbahaya.
5. Peserta yang hadir mengikuti tes di seleksi SBK harus peserta asli yang mendaftar ya. Ingat, jangan sesekali menggunakan joki karena akan terbongkar dan tindakan tersebut adalah tindakan merugikan diri sendiri. Berusahalah dengan kemampuan sendiri. Jangan melakukan tindakan yang termasuk perilaku kriminal seperti menggunakan jasa joki atau menjadi joki untuk orang lain.
6. Gunakan pakaian yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh pihak LPDP. Waktu saya ikut, ketentuannya menggunakan baju kemeja putih dan celana hitam (untuk peserta laki-laki), rok/celana hitam bagi perempuan, kerudung hitam bagi yang menggunakan, dan memakai sepatu. Ingat, jangan pakai sendal ya!
7. Peserta duduk di tempat yang telah ditentukan oleh pihak penyelenggara. Jangan duduk di tempat semau peserta ya. Teman-teman tidak perlu khawatir kalaupun harus dapat tempat duduk paling depan. Insyaa Allah semua tempat sama saja, jangan pernah terpikir dapat tempat paling belakang agar bisa nyontek yaa...!
8. Selama tes berlangsung, peserta dilarang saling mengobrol, memberikan atau menerima sesuai antarpeserta tanpa seizin panitia. Peserta juga dilarang keluar ruangan tanpa seizin panitia, apalagi kalau sampai merokok di ruangan. Wah keterlaluan kalau itu terjadi, mana ruangannya ber-AC pula. Ingat yaa buat teman yang "ahli hisap", puasa dulu selama tes!!! Sukur-sukur kalau jadi seterusnya berhenti merokok, kan bagus tuh hehehe...
9. Peserta cuma boleh gunakan komputer untuk membuka aplikasi SBK. Jadi jangan buka Mbah Google untuk cari jawaban yaa... Awas lhoo...!!!
10. Peserta yang sudah selesai mengerjakan semua soal, dapat meninggalkan ruangan tes dengan
tertib.
Semua tindakan pelanggaran terhadap tata tertib tersebut dapat berupa teguran lisan, dikeluarkan dari ruang, dinyatakan batal sebagai peserta hingga dinyatakan gugur (diskualifikasi). Jadi sekali lagi, jangan main-main dengan tata tertib tersebut ya teman-teman.
Nah, kita tinggalkan dulu tentang tata tertib. Kembali lagi ke pengalaman Kang Achay mengikuti SBK tersebut di Kantor BKN pusat.
Kang Achay mendapatkan jadwal tes tanggal 4 Juli 2019 sekitar pukul 13.00 WIB. Pada tanggal tersebut kebetulan Kang Achay harus mengikuti konsinyering untuk membahas kerjaan kantor yang dilaksanakan di salah satu hotel di daerah Jakarta Selatan. Berat juga sebenarnya harus meninggalkan pekerjaan, namun setelah meminta izin kepada atasan Kang Achay diperbolehkan mengikuti SBK dengan catatan segera kembali ke lokasi rapat setelah tes selesai. Kang Achay bersyukur atasan bisa memahami kondisi tersebut bahkan memberikan support yang besar. Akan tetapi karena urusan pekerjaan, malam sebelum tes tidak ada persiapan belajar secara khusus. Kang Achay hanya berupaya dengan melakukan shalat sunnah dan berdoa kepada Allah Swt memohon kemudahan dan kelancaran serta hasil yang terbaik.
Sekitar pukul 10.00 WIB, Kang Achay meluncur dari daerah Jakarta Selatan menuju Kantor BKN di daerah Jakarta Timur. Karena menggunakan kendaraan roda empat, saya mengupayakan berangkat lebih awal, mengantisipasi kemacetan Jakarta yang sudah tidak perlu lagi diceritakan dalam tulisan ini. Sebelumnya, Kang Achay sudah merencanakan untuk memarkir mobil di parkiran Mall PGC Cililitan karena panitia sudah menyampaikan pengumuman agar peserta tidak membawa kendaraan bermotor ke lokasi tes mengingat kapasitas parkir yang tidak memadai. Jalanan cukup padat, memakai waktu lebih dari satu jam untuk mencapai Mall PGC. Mobil diparkir disana, kemudian saya melaju menuju ke lokasi dengan berjalan kaki. Entah karena gugup sudah mulai masuk kedalam dada, di tengah perjalanan menuju lokasi ada perasaan ragu apakah kendaraan sudah dikunci atau belum. Muncul kebimbangan, apakah perlu kembali lagi ke parkiran Mall PGC atau tidak. Akan tetapi waktu sudah semakin mendesak, pikir saya. Saya tidak mau Sejurus kemudian, saya memantapkan hati untuk terus menuju lokasi tes seraya berdoa agar kendaraan saya baik-baik saja. Sepanjang trotoar di sekitar Kantor BKN sudah banyak orang berpakaian putih-hitam menandakan peserta SBK, baik yang sudah selesai mengikuti tes di sesi pagi maupun yang baru akan ikut sesi siang seperti saya.
![]() |
Gambar PGC Ciliitan. Sumber: https://cdn2.tstatic.net/jakarta/foto/bank/images/pusat-grosir-cililitan-pgc-guys.jpg |
Adzan Dhuhur berkumandang dari Masjid BKN. Panitia mempersilakan kepada peserta yang muslim untuk mengerjakan shalat terlebih dahulu. Saya beranjak menuju masjid, dimana sudah banyak peserta yang mengambil wudhu dan bersiap untuk menghadap Rabb mereka. Saya mengambil wudhu dengan tenang, segera masuk masjid dan melaksanakan shalat sunnah. Sesaat Iqomah dikumandangkan, peserta segera berbaris rapi mengikuti perintah imam untuk meluruskan shaff. Shalat berjamaah dilaksanakan dengan khusuk. Banyak diantara hamba Allah yang beribadah saat itu merupakan peserta tes. Seusai shalat mereka umumnya berdoa dengan khidmat, tentu dalam setiap hati mereka ada harapan untuk hasil yang terbaik atas apa yang mereka perjuangkan untuk masa depan mereka. Lulus dan meraih beasiswa LPDP adalah suatu kebanggaan sekaligus menjadi salah satu jalan meraih cita-cita lewat menempuh pendidikan di kampus impian.
Selesai melaksanakan shalat dzuhur, Kang Achay mampir ke minimarket BKN untuk membeli sebungkus roti dan air mineral. Dalam menghadapi tes, perut tidak boleh kosong. Itu adalah prasyarat utama mengikuti tes dengan baik. Perut yang keroncongan ataupun terlalu penuh akan mengganggu konsentrasi selama mengikuti tes. Tapi lain soal kalau memang sejak awal teman-teman berniat puasa dan memang terbiasa puasa sunnah ya, itu sangat bagus.
Peserta diminta untuk mempersiapkan KTP dan tanda peserta serta diminta mengisi tempat duduk di depannya. Panitia mulai mengumumkan ketentuan dan tata tertib yang sebelumnya telah disampaikan secara tertulis melalui email. Peserta juga diberikan kesempatan bertanya apabila ada hal-hal yang belum jelas. Setelah semua peserta menyatakan mengerti, peserta diminta menunggu sampai dipanggil secara berkelompok (kalau tidak salah sepuluh orang per satu kali panggilan) untuk memeriksakan kartu peserta dan KTP. Pelaksanaan tes saat itu memang agak mundur jam yang seharusnya karena sesi sebelumnya sempat terlambat selesai, mungkin karena ada kendala tertentu.
Sambil menunggu panggilan panitia, saya berkenalan dan mengobrol dengan beberapa peserta yang duduk di sekitar saya. Mereka ada yang sudah bekerja namun banyak pula yang baru lulus kuliah dan langsung berniat melanjutkan. Asal institusi tempat mereka bekerja juga beragam, baik dari Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, BUMN, hingga perusahaan swasta. Namun kebanyakan yang saya tanya berasal dari lingkungan Kementerian Keuangan. Pegawai Kemenkeu umumnya memiliki informasi dan motivasi yang baik untuk mengikuti beasiswa ini. Seperti dua orang yang saat itu duduk di samping saya, keduanya dari Direktorat Jenderal Bea Cukai Kemenkeu. Mereka menyampaikan bahwa dari instansinya banyak sekali yang mengikuti seleksi ini melalui beasiswa jalur PNS/TNI/Polri.
Adapun ketika bertanya balik, saya menyatakan bahwa setahuku yang mengikuti seleksi ini dari institusiku hanya saya seorang. Meskipun begitu, saya juga sampaikan bahwa ada beberapa kolega saya di kantor yang sudah lulus seleksi beasiswa LPDP dan sedang menempuh pendidikan di luar negeri. Ya, memang demikian adanya. Lalu mereka juga heran mengapa saya mengikuti BPI reguler bukan jalur PNS/TNI/Polri seperti mereka. Saya hanya menjawab, saya ingin bersaing dengan peserta kebanyakan orang. Menurut beberapa informasi, seleksi jalur PNS/TNI/Polri memiliki peluang yang lebih besar. Namun demikian, saya tidak terlalu percaya sepenuhnya keterangan tersebut karena saya meyakini bahwa LPDP tidak sembarangan memilih orang untuk menerima beasiswa prestisius tersebut.
Beberapa orang peserta juga saling bertanya mengenai pengalaman mengikuti seleksi beasiswa LPDP. Ada yang menyatakan sudah mengikuti sampai kali ketiga dan merupakan kesempatan terakhir baginya. Ada yang bilang sudah pernah sampai tahap wawancara tapi kemudian tidak lolos. Tapi ada pula yang baru pertama kali mengikuti seleksi beasiswa ini, ya seperti Kang Achay inilah. Inilah pengalaman pertama ikut seleksi beasiswa LPDP. Tapi Kang Achay pernah mengikuti seleksi beasiswa lainnya ketika jenjang sarjana dulu. Dari apa yang mereka sampaikan, terselip harapan juga kekhawatiran... Harapan untuk bisa sukses meraih beasiswa dan pendidikan. Tapi juga kekhawatiran tidak bisa mewujudkannya. Hanya atas izin Yang Maha Kuasa semua dapat dicapai.
Nama Kang Achay dipanggil dan saya langsung menuju meja pemeriksaan tanda peserta dan KTP di depan gedung Assesment Center. Seorang petugas perempuan menyambut saya di mejanya seraya meminta saya menyerahkan dokumen tersebut. Ia memeriksanya dengan teliti kemudian membolak-balik KTP saya seraya tidak percaya. Ia kemudian melihat kepada saya berulang kali tanda sedang memastikan sesuatu.
"Fotonya beda sekali dengan wajah Bapak sekarang", katanya. Saya agak gugup, langsung menyadari bahwa dia sedang meragukan identitas saya. Tapi sejurus kemudian saya meyakinkan hati saya bahwa saya tidak perlu khawatir karena saya tidak berbohong. Foto di KTP dengan wajah saya sekarang memang agak berbeda, karena setelah menikah berat badan saya naik drastis. hehehe....
"Iya betul Mba, itu foto tahun 2012 sebelum saya menikah", jawab saya. Dia tersenyum kemudian mengembalikan dokumen tersebut kepada saya.
"Iya Pak, tidak apa-apa. Tetap mirip kok", jawabnya.
Kami dipersilakan untuk menyimpan tas dan barang-barang lainnya di loker besi yang telah disediakan disana. Kami boleh membawa kunci masing-masing loker tersebut, beserta Kartu Peserta dan KTP. Kemudian kami diminta naik ke lantai dua dan menunggu di suatu ruangan sebelum masuk ke ruangan tes. Tes sesi sebelumnya masih berlangsung, jadi kami tidak langsung masuk ke ruangan tes. Kami menunggu di ruangan tersebut sekitar 20-30 menit, dalam kondisi ada yang dapat duduk dan ada pula yang harus berdiri karena tidak kebagian tempat duduk. Sebuah LCD monitor terpampang di bagian depan ruangan, memperagakan tata cara pelaksanaan SBK.
Tiba saatnya kami masuk ke ruangan tes. Kami langsung duduk di tempat masing-masing sesuai nomor peserta yang terpampang. Seorang petugas Assesment Center BKN yang juga pengawas tes memberikan pengarahan dan membacakan kembali tata tertib. Kami diberikan kesempatan bertanya hal-hal yang tidak dipahami. Setelah semua menyatakan mengerti, tes pun dimulai.
Sesaat kemudian semua peserta sudah larut dalam pekerjaan masing-masing. Tidak terdengar suara gaduh, nampaknya semua peserta mengerjakan soal dengan tertib dan sesuai aturan. Saya sendiri juga terlarut dalam soal-soal yang lumayan menguras tenaga dan pikiran. Bagian TPA diberikan waktu 90 untuk mengerjakan, tetapi waktu sepanjang itu terasa sangat singkat, terutama dalam menghadapi soal-soal hitungan. Saya sudah meninggalkan dunia hitung menghitung sejak lulus SMA lebih dari 10 tahun lalu, sehingga soal-soal itu cukup menyulitkan bagi saya.
Setelah waktu sesi TPA selesai, berlanjut ke sesi soft competency lalu OTS Writing. Untuk peserta tujuan kampus dalam negeri, essay ditulis dalam bahasa Indonesia sedangkan peserta tujuan kampus luar negeri menulis essay dalam bahasa Inggris. Saya beruntung karena tema yang diberikan cukup familiar sehingga saya bisa menulis essay dengan bahan informasi yang cukup baik. Tapi tetap saja memerlukan waktu untuk menulisnya sampai memperoleh tulisan singkat yang sesuai keinginan saya. Saya menulis bagian informasi awal, argumen, serta kesimpulan dan solusi saya secara runtut berharap dapat hal tersebut dapat menghantarkan saya lolos tahap ini.
Satu per satu peserta tes sudah meninggalkan ruangan. Saya yakin mereka ada orang-orang yang sangat cerdas dan cekatan karena dapat menyelesaikan tes sebelum waktunya habis. Ketika saya menyelesaikan separuh dari essay saya, tinggal beberapa orang peserta saja yang masih bertahan di dalam kelas. Saya berusaha tetap tenang meskipun ada nafas semakin memburu. Akan tetapi,saya tetap meneguhkan hati untuk menyelesaikan tes ini sampai waktu berakhir. Saya menegaskan kepada diri sendiri bahwa yang peserta yang lebih dulu keluar ruangan bukan berarti berkesempatan lolos lebih besar dan begitu pula sebaliknya. Dan akhirnya.... waktu habis. Saya benar-benar menjadi peserta yang terakhir yang berada di ruangan tes. Saya meninggalkan ruangan tes, menuju ke loker tempat penyimpanan barang.
Sesaat kemudian saya menuju tenda yang semula dijadikan tempat menunggu untuk melihat nilai tes yang dipampang di LCD monitor disana. Nilai Kang Achay tidak terlalu kecil namun juga tidak terlalu besar, nampaknya merupakan nilai tengah lebih sedikit. Dalam hati saya merasa tidak terlalu puas dengan nilai tersebut, tapi tetap bersyukur dan berharap nilai tersebut dapat menghantarkan pada kesuksesan meraih beasiswa ini.
Kang Achay pulang. Tugas kantor masih menanti di hotel tempat rapat dilaksanakan. Kang Achay langsung menuju kesana untuk bergelut lagi dengan berkas-berkas pekerjaan. Hasil tes SBK sementara dilupakan. Daripada berharap dalam kecemasan, Kang Achay lebih memilih untuk menunggu pengumuman resmi dari pihak LPDP apakah saya lolos ke tahap berikutnya atau perjuangan harus berhenti di tahap ini.
(Bersambung...)
Asep Cahyana (Kang Achay)
Komentar
Posting Komentar